JAKARTA (Arrahmah.com) – Di sela-sela jadwal yang sangat padat, dua tokoh Muslim Indonesia bertemu di Jakarta semalam. Prof. Dr. Din Syamsuddin, mantan Utusan Khusus Presiden Bidang Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban, yang juga mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, bertemu dengan Ustadz Abdul Somad, di kediaman Din Syamsuddin Jalan Margasatwa Raya, Cilandak, Jakarta Selatan, Sabtu (2/11/2018).
Pertemuan yang berlangsung selama lebih kurang satu jam ini, semula hanya dalam rangka silaturrahim. Namun seusai pertemuan, keduanya melayani tanya jawab seputar kasus yang menimpa Ustadz kondang, UAS– panggilan akrab Ustadz Abdul Somad.
Din Syamsuddin mengatakan, dirinya akan menjawab seluruh pertanyaan media, terkait dengan kasus yang menimpa penceramah kondang UAS akhir-akhir ini. Salah satunya, adalah soal persekusi, atau pencegahan bahkan pengusiran yang dialami UAS sejak menjadi Penceramah.
“Terkait dengan apa yang dialami Ustadz Abdul Somad yang mengalami penghadangan, persekusi, atau penghalangan dakwah, saya selaku pemangku amanat di Ormas Islam, khususnya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI, sangat prihatin sekali. Oleh karena itu, saya sangat berkeinginan bertemu UAS. Namun karena sama-sama sibuk, maka baru pada hari ini kami dipertemukan oleh Allah SWT, di sela-sela dakwah beliau. Saya sangat senang sekali, atas singgahnya beliau ke rumah ini,” ujar Din mengomentari pertemuan tersebut.
“Yang pasti kita semua prihatin atas apa yang dialami Ustadz Abdul Somad. Secara khusus kami meminta hal semacam itu tidak terjadi lagi. Ada satu fitnah yang sangat mudah sekali terjadi kepada seseorang. Misalnya soal tuduhan Anti Pancasila, maka Umat Islam sudah kenyang,” kata Din.
Pada satu atau dua dasawarsa Orde Baru, lanjut Din, umat Islam pernah mendapatkan fitnah, seolah-olah umat Islam itu menentang Pancasila. Ini kan menyakitkan.
“Nah ini, terjadi lagi dalam bentuk lain. Dituduh anti Pancasila karena mengembangkan khilafah dan lain sebagainya. Sementara, khilafah itu kan ajaran Islam. Tidak bisa kita menafikkannya. Itu ada pemahaman sendiri. Jangan lantas jika ada yang berbicara tentang khilafah, mengutip ayat Al Qur’an tentang khilafah, lantas dituduh anti Pancasila,” jelasnya.
Din menyebut, tuduhan tersebut merupakan kekeliruan nalar.
“Saya sudah mengikuti apa yang disampaikan Ustadz Abdul Somad, beliau menjelaskan khilafah dari Al Qur’an. Beliau ahli hadits. Beliau menjelaskan dari pandangan Islam. Jadi saya pikir, umat Islam perlu bersyukur, karena umat Islam dihadirkan setiap kurun waktu. Ada da’i-da’i. Satu orang, dua tiga orang, yang kemudian tampil sebagai pencerah pada masyarakat, dan itu saya kira sebagai misi keagamaan, dan itu penting bagi bangsa ini, yang sesuai dengan amanat UUD 1945, dengan mencerdaskan kehidupan Bangsa. Maka, tolong jangan selalu dilihat secara politis,” paparnya.
Terkait pertanyaan dari wartawan, apakah pernah menemui tokoh semisal Gus Yaqut, maka Din Syamsuddin menjelaskan, bahwa dirinya belum sempat melakukannya.
Namun, Chairman off CDCC (Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations) ini menjelaskan bahwa pernyataan-pernyataannya selama ini telah tersampaikan kepada yang bersangkutan.
“Saya berharap di kemudian hari, tidak terjadi lagi. Dan kepada Umat Islam saya harap perlu waspada, terhadap upaya yang ingin mengadudomba diantara kita. Cara mengadudombanya, sangat halus, dan sampai-sampai kita tidak merasakannya. Karena boleh jadi, dia masuk ke dalam diri kita, ke dalam kelompok-kelompok Islam, ke dalam ormas-ormas Islam, dan kemudian memprovokasi dari dalam secara halus,” kata Din mengingatkan.
Ia menjelaskan, taktik seperti itu sudah banyak dilakukan di tempat lain. Dan jika itu berhasil dan kita teradudomba, dan sesama umat Islam saling menolak, saling menjelekkan, saling menyalahkan, seolah paham keislamannya yang paling benar, ini awal adudomba.
Dia menyerukan kepada umat Islam, kelompok Islam, ormas Islam, untuk selalu berpegang teguh pada Islam, dan tidak perlu menyalahkan pemahaman orang lain.
Menurut Din, saling salah menyalahkan, jelek menjelekkan, apalagi terjadi tindak kekerasan, seperti persekusi, maka aksi reaksi akan terjadi, ini akan terjadi perpecahan terhadap tubuh umat Islam.
“Maka saya menyarankan kepada Ustadz Abdul Somad untuk tidak melakukan reaksi dan beliau lebih baik diam. Namun Saya menyarankan untuk tetap hati-hati karena dunia saat ini, berbuat benar pun bisa dikatakan salah. Apalagi kita bersikap salah. Dan perlu saya jelaskan bahwa persekusi itu adalah kewenangan polisi. Untuk urusan persekusi kita serahkan saja pada polisi dan pihak keamanan,” tegasnya.
Sumber: Mustofa B. Nahrawardaya (Founder Orbit Lintas Profesi).
(ameera/arrahmah.com)