SURABAYA (Arrahmah.com) – Gatot namanya, penduduk asli Surabaya yang sempat hidup di Dolly sebagai preman. Tak sulit bagi Gatot mengumpulkan uang banyak saat itu. Apalagi di lokalisasi Dolly, dia dikenal sebagai preman yang punya pengaruh besar.
Dari pengakuannya kepada tim Jurnalis Islam Bersatu (Jitu) di sebuah showroom mobil di Surabaya tempatanya bekerja Kamis (19/6/2014), Gatot menggeluti dunia preman sejak tahun 1984.
“Separuh umur ini saya habiskan untuk bermaksiat,” ungkapnya dengan logat Surabaya yang khas.
Namun pada tahun 2001, Gatot mendapat hidayah untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dzat yang Maha Pengampun, Alhamdulillah. Wasilah atau sebab taubat ini datang dari seorang da’i bernama Khoiron Syu’aib, yang terkenal di Surabaya sebagai da’i spesialis daerah pelacuran.
“Saya ingat ketika itu Kiayi Khoiron datang saat saya sedang mabuk, beliau datang tidak untuk menceramahai saya, tapi justru membawa sebungkus berkat (makanan),” ujarnya.
Pendekatan halus yang dilakukan Khoiron Syu’aib akhirnya membuat Gatot luluh. Perlahan tapi pasti dia mulai meninggalkan dunia maksiat.
“Satu nasehat Kiayi Khoiron yang membuat hati saya berubah total, beliau bilang bahwa kekayaan tidak ada habisnya kalau di cari, kemiskinan juga tidak ada ujungnya jika di telusuri. Tapi yang namanya umur, pasti akan berhenti, dan bisa mendadak dicabut,” kenangnya.
Dari pengalamannya sebagai preman yang mendapat hidayah, dia berpesan bahwa pergaulan dapat menentukan baik buruknya seseorang.
“Bergaul dengan orang baik kita ketularan baik, begitu juga sebaliknya,” ucapnya.
Kini, setelah keluar dari dunia preman, Gatot bekerja di sebuah showroom jual beli mobil di Surabaya.
“Dulu waktu saya jadi preman, uang itu datang sendiri, sekarang mesti bersusah payah dulu. Tapi inilah bentuk taubat saya, semoga Allah menerima,” ungkapnya. (azm/surya/eza/arrahmah.com)