WASHINGTON (Arrahmah.com) – Amerika Serikat pada Kamis (31/10/2019) memperpanjang sanksi terhadap Iran dengan membidik sektor konstruksi, yang dikaitkan Washington dengan Garda Revolusi negara itu.
Sanksi itu, katanya, juga akan menargetkan “empat bahan strategis yang digunakan sehubungan dengan program nuklir, militer, atau rudal balistik Iran.”
Sekretaris Negara Mike Pompeo menjatuhkan sanksi setelah sektor konstruksi diidentifikasi “ada di bawah kendali langsung atau tidak langsung oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC),” kata juru bicara Morgan Ortagus dalam sebuah pernyataan.
Ketegangan antara Iran dengan Amerika Serikat telah meningkat tajam sejak Presiden AS Donald Trump tahun lalu menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran dan mulai menerapkan kembali sanksi unilateral yang melumpuhkan.
Teheran membalas dengan menangguhkan kepatuhannya dengan bagian-bagian dari perjanjian nuklir sampai bantuan sanksi dipulihkan.
Sanksi terbaru “akan membantu menjaga pengawasan terhadap program nuklir sipil Iran, mengurangi risiko proliferasi, membatasi kemampuan Iran untuk mempersingkat ‘waktu breakout” menjadi senjata nuklir, dan mencegah rezim menyusun kembali situs-situs untuk tujuan sensitif proliferasi,” kata Ortagus.
Selasa kemarin (29/10), pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), memilih Rafael Grossi dari Argentina sebagai kepala barunya.
IAEA bertugas memantau kegiatan nuklir Iran untuk memastikan mereka mematuhi ketentuan-ketentuan kesepakatan 2015 yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).
Kesepakatan itu semakin goyah sejak AS menarik diri dari JCPOA. Namun kubu Eropa telah berulang kali mengatakan mereka berkomitmen untuk menyelamatkan perjanjian itu, tetapi upaya mereka sejauh ini membuahkan sedikit hasil.
Keputusan untuk melanjutkan pembatasan pada program nuklir Iran memberi Amerika Serikat wewenang tambahan “untuk mencegah Iran dari memperoleh bahan strategis bagi IRGC, sektor konstruksinya, dan program proliferasi,” kata Ortagus.
Teheran telah membalas balik tiga kali dengan tindakan balasan dalam menanggapi penarikan AS dari perjanjian nuklir.
Pada 1 Juli, Iran mengatakan telah meningkatkan persediaan uraniumnya yang diperkaya hingga melampaui batas maksimum 300 kilogram yang ditentukan dalam kesepakatan itu, dan seminggu kemudian mengumumkan telah melampaui batas 3,67 persen pada kemurnian stok uraniumnya.
Dalam langkah terakhirnya negara tersebut meluncurkan sentrifugal canggih untuk meningkatkan stok uranium yang diperkaya pada 7 September. (Althaf/arrahmah.com)