JAKARTA (Arrahmah.com) – Langkah Universitas Indonesia yang telah memberikan gelar Doktor Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan Teknologi kepada Raja Abdullah dari Arab Saudi menuai kecaman dari sejumlah komunitas pegiat hak asasi manusia dan tenaga kerja Indonesia.
“Kami mempertanyakan motivasi dan latar belakang pemberian gelar tersebut,” ujar Anis Hidayah, Direktur Eksekutif Migrant Care, ketika dihubungi Jumat (26/8/2011).
Para pengiat yang mengecam tersebut antara lain JALA PRT (Jaringan Advokasi Nasional untuk PRT, beranggotakan 44 organisasi) , INFID, Our Voice, ATKI (ASosiasi Tenaga Kerja Indonesia), PAKUBUMI (Paguyuban Keluarga Buruh Migran Indonesia), IPMIK (Ikatan Pekerja Migran Kebumen) , SARI (Social Analysis Research Institute) , Kapal Perempuan, KPI (Koalisi Perempuan Indonesia), Alimat, INDIPT, ICDHRE, LKTS, Sudahi KNTP, dan sejumlah tokoh masyarakat.
Anis mengungkapkan bahwa Saudi jelas terbukti sebagai pelanggar hak asasi manusia bagi tenaga kerja Indonesia. Namun, kenapa justru gelar doktor kemanusiaan tersebut diberikan kepada petinggi negara yang punya masalah dalam hal kemanusiaan?
“Ini bentuk pengkhianatan,” ujar dia.
Lebih lanjut, Anis juga menyebut Rektor Universitas Indonesia Gumilar Rosliwa Somantri tidak sensitif dengan nasib buruh migran yang bekerja di Saudi. Apalagi, gelar tersebut untuk raja, pemegang otoritas tertinggi di Saudi.
“Raja Saudi adalah orang yang membiarkan praktek-praktek pelanggaran HAM terjadi,” kata Anis.
Terkait hal tersebut, rencananya hari ini para aktivis itu akan bertemu Komisi IX DPR dan akan meminta DPR memanggil pihak rektorat UI untuk meminta penjelasan apa yang sesungguhnya menjadi latar belakang pemberian penghargaan akademis terhormat tersebut di tengah keprihatinan terhadap pelanggaran hak-hak kemanusiaan buruh migran Indonesia di Saudi Arabia.
Sebelumnya seperti yang telah diberitakan pada Ahad (21/8) lalu, Rektor UI Gumilar Rosliwa Somantri menyerahkan secara langsung gelar tersebut kepada Raja Abdullah di Istana Al Safa, Saudi, karena Raja Abdullah dinilai pantas menerima gelar Doctor Honoris Causa atas perhatiannya pada perkembangan kemanusiaan dan Iptek serta menjadikan Saudi sebagai pusat peradaban Islam moderat.
Penganugerahan gelar tersebut dilakukan langsung dalam satu upacara yang diadakan di Istana Al-Safa, Arab Saudi. Acara tersebut dihadiri para ulama internasional, beberapa menteri Arab Saudi, para pimpinan lembaga tinggi Arab Saudi, dan para gubernur.
Dalam siaran persnya, KJRI di Jeddah menyatakan Raja Abdullah menerima gelar tersebut karena dianggap berhasil memajukan Arab Saudi hingga menjadi pusat peradaban Islam moderat, mewujudkan kesetiakawanan negara Arab, dan upaya kerasnya dalam merealisasikan perdamaian di Palestina.
Selain itu, Raja Abdullah juga dianggap berhasil mempromosikan dialog antarpenganut agama untuk menciptakan perdamaian dunia dan menyerukan para pemimpin Islam dan non-Islam untuk menghapus stereotipe teroris kepada agama Islam. (TI/arrahmah.com)