Oleh Umar Syarifudin
(Lajnah Siyasiyah Hizbut Tahrir Kota Kediri)
(Arrahmah.com) – Barat dan Amerika mengendalikan rezim dan mengarahkannya ke arah yang dikehendakinya. Amerika menuntun menuju kehancuran dalam perekonomian setiap negeri di mana perekonomian digadaikan kepada IMF dan Bank Dunia yang menyebabkan penderitaan masyarakat dan kelelahan mereka yang luar biasa, membebani pundak mereka dengan berbagai pajak. Dunia Islam tidak tinggal diam, umat Islam sedang mengupayakan sebuah perlawanan dan kebangkitan besar, dan itu diketahui oleh Barat. Sehingga berbagai strategi dan taktik digunakan untuk menghancurkan kekuatan riil umat Islam, seakar-akarnya.
Masih ingat, beberapa tahun yang lalu beberapa situs mempublikasikan pernyataan seorang mantan pejabat CIA, Robert Baer, bahwa “Teorinya tentang dominasi Syiah Iran di Timur Tengah benar-benar telah runtuh. Sekarang, kami hidup era revolusi rakyat Sunni. Dan tanda-tanda munculnya Khilafah Islam telah kembali. Mesir, Tunisia, Yordania, Libya dan Suriah merupakan negara-negara Sunni, dan akan mengadopsi contoh Turki dalam pemerintahan (Khilafah Utsmani). Sedang pemerintahan (Turki sekarang) ini tidak ada hubungannya dengan pemerintahan Islam.” Ia menambahkan: “Keberhasilan revolusi di Suriah akan meluas ke Yordania. Rakyat menginginkan perubahan dan membersihkan korupsi. Bahkan neo-kolonialisme telah meninggal setelah invasi Irak.”
Barat paham, bahwa kemenangan Islam adalah keniscayaan, tidak bisa dibendung dan dicegah. Sehingga kaum kafir terus memonitor dan mengawasinya, serta menyiapkan rencana untuk memeranginya jika tipu daya dan makar mereka tidak dapat mencegah munculnya Khilafah.
Richard Nixon (mantan Presiden Amerika) menulis sebuah buku yang berjudul Seize the Moment . Buku ini menjadi rujukan utama dalam menentukan dasar kebijaksanaan Luar Negeri Amerika. Dalam buku tersebut Nixon memberikan lima kreteria seorang fundamentalis Muslim. Pertama: Orang yang membenci Barat. Kedua: orang yang berpendirian bahwa Islam adalah agama dan negara. Ketiga: orang yang ingin melaksanakan Syari’at Islam. Keempat: orang yang ingin membina kembali peradaban Islam. Kelima orang yang beranggapan bahwa penyelesaian bagi Umat Islam adalah dengan kembali kepada masa lampau (ajaran Islam yang benar).
Mafhum mukhalafah dari kriteria ini jelas bahwa orang yang tidak fundamentalis bagi Barat adalah orang Islam yang meninggalkan syariat Islam, tidak concern dengan masalah umat Islam, dan tidak bercita-cita membangun kembali kegemilangan Islam. Jadi sejatinya yang menjadi ancaman bagi Barat bukan Muslim “fundamentalis”, tapi kebangkitan Islam itu sendiri.
Perangkap politik dan pemikiran Barat dan kaum liberal atas umat Islam bisa dipahami dalam perspektif, bahwa Agresor Barat adalah musuh sejati dan kaum liberalis memang menjadi kepanjangan tangan Barat untuk menjalankan agenda Barat terhadap dunia Islam. Sebab, bagi Barat yang imperialistik, Islam, aqidah dan syariahnya dipandang sebagai ancaman. Jika aqidah dan syariah Islam tegak di muka bumi, maka ideologi, pemikiran, sistem hukum, dan dominasi ekonomi Barat, otomatis akan goncang. Karena itulah, Barat mau membangun pusat-pusat studi Islam yang canggih dan membiayai sarjana-sarjana muslim menimba ilmu di sana. Barat juga bersemangat membiayai kelompok-kelompok liberal Islam, di mana pun berada. Untuk apa? Jelas niat utamanya adalah untuk mengokohkan hegemoni mereka.
Kehancuran umat Islam sangat diinginkan oleh musuh-musuhnya.Ditandai dengan punahnya keunikan karakteristik umat, rusaknya keutamaan dan keistimewaan umat, hilangnya pola jiwa terbaik umat, hilangnya kecemerlangan pola pikir umat, dan hancurnya kepribadian Islam umat. Keberadaan umat Islam harusnya benar-benar menempatkan Allah, Rasulullah, dan jihad fi sabilillah sebagai prioritas utama mereka. Perasaan kaum Muslim akan pahitnya sebuah kekalahan di hadapan orang-orang kafir harus menyala.
Kenali musuh
Yang lebih penting adalah bagaimana kaum Muslim memahami agenda-agenda Barat dan kaum liberal pro-Barat, agar tidak terkecoh dan terjebak oleh agenda-agenda imperialis itu. Biasanya, mereka pintar membuat jargon-jargon dan istilah-istilah yang indah, yang seolah-olah untuk memajukan Islam. Padahal, justru menikam dari dalam dan meruntuhkan bangunan Islam itu sendiri. Namun, kita tidak perlu apriori dengan Barat, tetapi harus lebih cerdik dan lebih pintar dari Barat. Berbagai kemajuan yang dicapai Barat perlu dipelajari dengan sikap kritis, tanpa perlu membebek terhadap ideologi dan cara berpikir yang materialistik, sekularistik, liberalistik, dan hedonistik.
Penjajahan gaya baru yang dilancarkan oleh Barat didasarkan pada penjajahan secara soft power dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya. Secara riil, penjajahan gaya baru ini terwujud dalam bentuk berbagai macam perjanjian, hutang, pakta militer, kesepakatan hidup berdampingan secara damai, bantuan ekonomi dan keuangan, serta kesepakatan kebudayaan. Penjajahan gaya baru ini pun akhirnya menggantikan posisi penjajahan gaya lama, dengan memanfaatkan slogan-slogan demokratisasi, HAM, kerjasama Ekonomi dan pembebasan sebagai kedok.
Hari ini dan esok, musuh kita terus berupaya mengubah kebencian kita kepada mereka yang asalnya didasarkan pada alasan iman dan kufur, menjadi sebuah kebencian atas dasar kolonialisme dan imperialisme. Mereka telah mengubah kebencian itu dari permusuhan kaum Muslim terhadap orang-orang kafir menjadi permusuhan bangsa yang dijajah terhadap bangsa penjajah. Mereka pun telah mengubah kebencian kita dari kebencian sebagai kaum Muslim menjadi kebencian pembela bangsa terhadap orang-orang asing atas dasar patriotisme.
Dengan cara inilah mereka telah membuat kita lupa akan pahitnya kekalahan -dalam kapasitas kita sebagai kaum Muslim- dan menghilangkan fakta bahwa itu merupakan kalahnya Islam dari kekufuran. Hal ini dilakukan dalam rangka menjadikan perjuangan yang kita lakukan berubah dari sebuah jihad—yang dengannya kita mencari surga dan merindukan ridha Allah Swt—menjadi perjuangan yang murah, seperti berbagai aksi demonstrasi dan protes yang dilakukan untuk meraih kemerdekaan, yang sebenarnya adalah untuk memisahkan diri dari negeri-negeri Islam yang lain.
Walhasil, kita harus mengembalikan peperangan kita terhadap mereka pada pokok asalnya, yakni peperangan antara Islam dan kekufuran yang terjadi antara kaum Muslim dan orang-orang kafir. Peperangan antara mereka dan kita itu bukan hanya karena mereka itu adalah penjajah, tetapi sebenarnya karena mereka itu orang-orang kafir sekaligus penjajah. Dengan kata lain, aspek yang paling penting adalah bahwa mereka itu kafir dan alasan memerangi mereka adalah karena kekufuran mereka.
Jadi, kita harus mengetahui siapa musuh kita sebenarnya dan menjadikannya sebagai seorang musuh. Jika kita tidak mengetahui sifat yang mendasari permusuhan antara kita dan mereka serta alasan apa yang menjadikan mereka memusuhi kita, kita tentu tidak akan bisa menyelamatkan diri kita dari segala tindakan mereka, dan kita tidak akan dapat mengalahkan mereka. Jika kita tidak menjadikan mereka sebagai musuh, tidak diragukan lagi, kita berarti telah menempatkan diri kita di bawah pengawasan dan belas kasihan musuh kita itu. Allah Swt. berfirman:
]إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا[
Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagi kalian. Jadi, jadikanlah ia musuh kalian. (TQS. Fathir [35]: 6)
Al-Quran telah menyebutkan tatacara bermuamalat dengan orang-orang kafir dengan ayat-ayat yang jelas, yang bisa mempengaruhi pemikiran serta menggugah jiwa dan perasaan seseorang. Allah Swt berfirman:
]يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ[
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil musuh-Ku dan musuh kalian sebagai teman-teman setia yang kalian sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih-sayang, padahal sesungguhnya mereka telah mengingkari kebenaran yang datang kepada kalian. (TQS. al-Mumtahanah [60]: 1)
]لاَ يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ
وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللهِ فِي شَيْءٍ[
Janganlah orang-orang Mukmin menjdikan orang-orang kafir sebagai wali (teman akrab, pemimpin, pelindung, atau penolong) dengan meninggalkan orang-orang Mukmin. Siapa saja yang berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah. (TQS. al-Imran [3]: 28)
Ingat, menyelamatkan umat Islam dari kebinasaan adalah dengan mengembalikan kepercayaan umat ini pada keshahihan pemikiran dan hukum-hukum Islam. Hal ini akan dicapai dengan menjadikan realitas dan peristiwa yang terjadi bisa merefleksikan kebenaran dan ketelitian itu sehingga loyalitas yang sempurna akan teraih sebagai hasilnya. Dengan kata lain, hal ini dilakukan dengan cara mengemban dakwah Islam melalui jalan politik, yakni beraktivitas untuk mengembalikan Khilafah Islam dengan cara menyebarluaskan pemikiran dan hukum-hukum Islam, serta berjuang karenanya.
Peran partai politik Islam
Tidak ada perselisihan, bahwa bergabung ke dalam jama’ah yang aktivitasnya adalah dakwah kepada Islam, amar makruf dan nahi munkar, hukumnya adalah fardhu kifayah, berdasarkan:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ [آل عمران: 104]
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali ‘Imraan [3]: 104)
والمقصود من هذه الآية أن تكون فرْقَة من الأمَّة متصدية لهذا الشأن، وإن كان ذلك واجبا على كل فرد من الأمة بحسبه
“Maksud dari ayat ini, hendaknya ada suatu kelompok dari umat Islam yang konsisten melaksanakan tugas ini (menyeru kepada Islam, memerintahkan kepada yang ma’ruf, dan mencegah daripada yang munkar), meskipun hal tersebut juga wajib bagi setiap individu muslim.” [Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim, juz 2 hlm 91]
Demikian pula bergabung dengan jama’ah dakwah, hukum asalnya fardhu kifayah. Namun tatakala kewajiban menegakkan Khilafah tidak bisa dilakukan secara individu, karena secara faktual sistem pemerintahan tidak bisa dijalankan oleh seorang diri, maka wajib hukumnya memperjuangkannya secara berjama’ah. Dan saat itu bergabung dengan jama’ah dakwah dalam rangka menegakkan Khilafah menjadi wajib atas setiap muslim hingga khilafah benar-benar berdiri, menurut kaidah:
ما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب
“Sesuatu yang kewajiban tidak bisa sempurna tanpanya maka dia hukumnya wajib”
Perjuangan politik tidak bisa dilakukan tanpa adanya partai politik. Ini merupakan sebuah keharusan bahkan sebuah kewajiban. Kewajiban untuk mewujudkan pemimpin tidak akan bisa terwujud tanpa adanya partai politik yang memperjuangan hal tersebut. Karena itu, keberadaan partai politik menjadi wajib. Inilah konklusi yang bisa ditarik dari dalalah iltizam (sebagaimana penjelasan sebelumnya) dalam ilmu ushul fiqh. Dalam konteks ini yang dimaksud adalah partai politik Islam yang menjadikan fikrah (pemikiran) dan thariqah (metode) Islam sebagai landasan geraknya. Sehingga perubahan yang dicita-citakan adalah terwujudnya kehidupan Islam di tengah-tengah masyarakat.
Adapun segala upaya-upaya mewujudkan partai politik yang shahih perlu memahami tuntunan syar’i dalam merealisasikannya agar tidak mengalami kegagalan. Menurut Syaikh Taqiyudin An Nabhani dalam kitab At Takattul al Hizbiy(hal 1-2), menjelaskan siapapun yang mengkaji gerakan-gerakan yang berupaya mewujudkan kebangkitan akan mendapati bahwa penyebab utama kegagalan seluruh upaya itu ditinjau dari aspek keorganisasian dapat dikembalikan kepada empat hal, yaitu:
- Gerakan-gerakan tersebut berdiri di atas dasar fikrah (pemikiran) yang masih umum tanpa batasan yang jelas, sehingga muncul kekaburan atau pembiasan. Lebih dari itu, fikrah tersebut tidak cemerlang, tidak jernih, dan tidak murni.
- Gerakan-gerakan tersebut tidak mengetahui thariqah (metode) bagi penerapan fikrahnya. Bahkan fikrahnya diterapkan dengan cara-cara yang menunjukkan ketidaksiapan gerakan tersebut dan penuh dengan kesimpangsiuran. Lebih dari itu, thariqah gerakan-gerakan tersebut telah diliputi kekaburan dan ketidakjelasan.
- Gerakan-gerakan tersebut bertumpu kepada orang-orang yang belum sepenuhnya mempunyai kesadaran yang benar. Mereka pun belum mempunyai niat yang benar. Bahkan mereka hanyalah orang-orang yang berbekal keinginan dan semangat belaka.
- Orang-orang yang menjalankan tugas gerakan-gerakan tersebut tidak mempunyai ikatan yang benar. Ikatan yang ada hanya struktur organisasi itu sendiri, disertai dengan sejumlah deskripsi mengenai tugas-tugas organisasi, dan sejumlah slogan-slogan organisasi.
Beliau menekankan, Kelompok yang benar adalah sebuah kelompok yang berdiri sebagai sebuah partai yang berideologi Islam. Fikrah Islam harus merupakan ruh bagi bangunan partainya. Fikrah itu merupakan jati diri dan rahasia kehidupannya. Sel awalnya adalah seseorang yang telah menginternalisasikan fikrah dan thariqah Islam di dalam dirinya, sehingga ia merupakan manusia yang mencerminkan fikrah itu dalam kebersihan dan kemurniannya, yang mencerminkan thariqah itu dalam kejernihan dan kelurusannya.
Apabila Partai politik terjun ke masyarakat, maka mereka wajib konsisten pada fikrah dan thoriqoh Islam, bukan yang lain. Disitulah terlihat fungsi edukasi dari sebuah partai politik. Membangun kesadaran umat dengan pemahaman Islam. Bukan hanya sekedar melakukan aktivitas untuk kepentingan kekuasaan. Dengan melakukan perjuangan politik berdasarkan thariqah perjuangan Rasul Saw berarti sebuah partai politik telah melakukan sebab-sebab yang akan mengantarkan pada keberhasilan dan kemenangan Islam. Keyakinan akan janji Allah akan menjadi kekuatan tersendiri bagi para aktivisnya. Dan tentu tanpa melupakan kaidah kausalitas (sebab-akibat) yang harus dijalani.
Khatimah
Pada titik ini, keimananlah yang akan menghantarkan kita pada kesadaran yang tertinggi. Akankah kita sekalian meninggalkan umat ini binasa sebagaimana bangsa-bangsa terdahulu punah? Kemudian, pada saat itu Allah akan mengangkat derajat mereka yang membawa risalah-Nya, mengemban dakwah-Nya, dan menolong agama-Nya serta Dia akan menggantikan kalian dengan kaum yang lain? Dia berfirman:
]وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لاَ يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ[
Jika kalian berpaling niscaya Dia akan mengganti kalian dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan seperti kalian. (TQS. Muhammad [47]: 38)
]إِلاَّ تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ[
Jika kalian tidak berangkat untuk berperang niscaya Allah akan menyiksa kalian dengan siksaan yang pedih dan kalian diganti dengan kaum yang lain. (TQS. at-Taubah [9]: 39)
Ataukah Kita semua akan membelanjakan darah dan jiwa Anda untuk menyelamatkan umat ini yang karenanya mereka meneruskan upaya untuk mengemban risalah-Nya sekali lagi ke seluruh dunia demi menyelamatkan umat manusia dari kekufuran, kesesatan, kesengsaraan, dan kebinasaan sekaligus mengeluarkan mereka dari kegelapan ke dalam cahaya?
(*/arrahmah.com)