(Arrahmah.com) – Tidak semua orang bisa makan dan menyantap makanannya dengan nikmat. Orang-orang yang terbatas kehidupannya seperti fakir miskin dan duafa belum tentu dapat makan setiap hari. Begitu pula orang sakit yang tidak bisa merasakan nikmatnya makanan, betapa pun lezatnya. Maka bagi kita yang dapat makan dengan nikmat dan kenyang, sepatutnyalah bersyukur.
Berdoa sesudah makan menjadi wujud rasa syukur kita atas keberkahan yang Allah berikan lewat apa yang sudah kita makan. Dengan bersyukur, tak hanya merasakan nikmat dan kenyang, makanan yang masuk ke tubuh kita juga menjadi berkah.
Bacaan Doa Sesudah Makan
(1). Doa yang dikenal di kalangan awam.
Cukup singkat, mudah untuk dihafalkan dan diamalkan
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْنَ اَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَجَعَلَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Alhamdu lillahhil-ladzi ath-amanaa wa saqaana waja’alanaa minal muslimiin
Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan minum serta menjadikan kami termasuk golongan orang muslim. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi)
(2). Doa setelah makan
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Umamah, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengangkat hidangannya (artinya selesai makan), beliau berdoa
الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ ، غَيْرَ مَكْفِىٍّ ، وَلاَ مُوَدَّعٍ وَلاَ مُسْتَغْنًى عَنْهُ ، رَبَّنَا
Alhamdulillahi kastiron thoyyiban mubarokan fiih, ghoiro makfiyyin wa laa muwadda’in wa laa mustaghnan ‘anhu robbanaa
Segala puji hanyalah milik Allah, yang Allah tidak butuh pada makanan dari makhluk-Nya, yang Allah tidak mungkin ditinggalkan, dan semua tidak lepas dari butuh pada Allah, wahai Rabb kami. (HR. Bukhari)
(3). Doa selesai makan
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Mu’adz bin Anas, dari ayahnya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan doa ini, maka diampuni dosanya yang telah lalu.
Doa tersebut adalah,
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنِى هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّى وَلاَ قُوَّةٍ
Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghoiri haulin minnii wa laa quwwatin
Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad.)
(4). Membaca Alhamdulillah di akhir makan
Mencukupkan makan dengan ucapan “alhamdulillah” setelah makan juga dibolehkan berdasarkan hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum. (HR. Muslim.)
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang mencukupkan dengan bacaan ‘alhamdulillah’ saja, maka itu sudah dikatakan menjalankan sunnah.” (Syarah Shahih Muslim, 17: 46)
Sunah dan Adab Setelah Makan
(1). Hendaknya menjilati jari-jemarinya sebelum mencuci tangan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَاماً فَلاَ يَمْسَحْ يَدَهُ حَتَّى يَلْعَقَهَا أَوْ يُلْعِقَهَا.
Apabila salah seorang di antara kalian telah selesai makan, maka janganlah ia mengusap tangannya hingga ia menjilatinya atau minta dijilatkan (kepada isterinya, anaknya). (HR. Bukhari dan Muslim)
(2). Memungut makanan yang terjatuh.
Dalam setiap makanan ada sebuah berkah dan kita tidak mengetahui di mana letak keberkahan tersebut. Maka dianjurkan untuk memungut makanan yang terjatuh, membersihkan bagian yang kotor kemudian memakannya, berdasarkan hadits
إِذَا سَقَطَتْ مِنْ أَحَدِكُمْ اللُّقْمَةُ فَلْيُمِطْ ماَ كَانَ بِهَا مِنْ أَذَى ثُمَّ لِيَأْكُلْهَا وَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ.
Apabila ada sesuap makanan dari salah seorang di antara kalian terjatuh, maka hendaklah dia membersihkan bagiannya yang kotor, kemudian memakannya dan jangan meninggalkannya untuk syaitan. (HR. Muslim, Abu Dawud dan Ahmad)
(3). Berhenti sebelum kenyang.
Kekenyangan menimbulkan sifat malas dan lalai, sedangkan kelaparan menyebabkan seseorang lemah untuk beribadah. Maka, tidak melampaui batas saat makan dan menghindari diri dari kenyang berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَا مَلأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنِهِ حَسْبُ ابْنِ آدَمَ لُقَيْمَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk napasnya. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Hakim)
(4). Mendoakan orang yang memberikan makanan untuk berbuka puasa.
Jika berbuka puasa di rumah seseorang, hendaklah dia berdoa,
اَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُوْنَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ اْلأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ
Telah berbuka di rumahmu orang-orang yang berpuasa, telah makan makananmu orang-orang baik dan semoga para Malaikat bershalawat (berdoa) untukmu. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Wallahu a’lam.
Sumber: umrotix
(*/Arrahmah.com)