MOSKOW (Arrahmah.com) – Rusia telah mengumumkan bahwa lebih dari 10.000 tentara menyelesaikan latihan selama sebulan di dekat Ukraina, di tengah tuduhan Barat bahwa Moskow merencanakan invasi ke bekas tetangga Sovietnya itu.
Kementerian pertahanan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (25/12/2021) bahwa latihan untuk pasukan Distrik Militer Selatan telah dilakukan di sejumlah wilayah selatan termasuk Rostov, Krasnodar, dan Krimea.
“Tahap koordinasi tempur divisi, kru tempur, regu di unit bermotor … telah selesai,” kata berita Interfax mengutip tentara.
Latihan juga berlangsung lebih jauh, termasuk di Stavropol, Astrakhan, republik Kaukasus Utara, dan bahkan di sekutu Kaukasus Rusia, Armenia.
Kementerian pertahanan mengatakan pasukan kembali ke pangkalan permanen mereka dan unit siaga akan disiapkan untuk liburan Tahun Baru.
Meningkatnya ketegangan
Perkiraan jumlah pasukan Rusia yang baru-baru ini dipindahkan lebih dekat ke Ukraina bervariasi dari 60.000 hingga 90.000 personil. Satu dokumen intelijen AS menyatakan bahwa jumlah tersebut dapat ditingkatkan hingga 175.000.
Rusia mengatakan pihaknya berhak untuk memindahkan pasukannya di wilayahnya sesuai keinginannya dan menyangkal bahwa mereka merencanakan serangan skala besar.
Negara ini telah memberi Barat tuntutan keamanan besar-besaran, dengan mengatakan NATO tidak boleh menerima anggota baru dan berusaha untuk melarang Amerika Serikat mendirikan pangkalan baru di bekas republik Soviet.
Ketegangan mencapai titik didih pada Rabu (22/12) ketika Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia akan mengambil langkah militer sebagai “pembalasan yang tepat” dalam menanggapi apa yang disebutnya “sikap agresif” Barat.
Tetapi dia menurunkan volume pada hari berikutnya, mengatakan dia telah melihat reaksi “positif” dari Amerika Serikat terhadap proposal keamanan Rusia dan mengatakan pembicaraan akan berlangsung bulan depan.
Dalam sebuah wawancara pada Jumat (24/12), seorang pejabat senior keamanan Ukraina mengatakan kepada AFP bahwa tidak ada risiko invasi Rusia dalam waktu dekat.
Kiev telah memerangi separatis pro-Rusia tak lama setelah Moskow mencaplok Krimea pada 2014 dalam konflik yang telah merenggut lebih dari 13.000 nyawa. (Althaf/arrahmah.com)