TEHERAN (Arrahmah.com) – Setelah kematian mantan Presiden Iran Akbar Hashemi Rafsanjani, banyak media yang menjabarkan perannya dalam pembunuhan tokoh-tokoh oposisi di dalam dan di luar Iran.
Keterlibatan Rafsanjani dalam praktek-praktek tersebut diduga dimulai dengan pengeksekusian puluhan ribu tahanan politik pada tahun 1988 ketika ia masih menjadi pembicara parlemen.
Selama awal masa jabatannya sebagai presiden pada tahun 1989, Iran dilaporkan membunuh Abdul Rahman Ghassemloi, pemimpin Partai Demokrat Kurdistan Iran, dan asistennya Abdullah Azar di Wina saat mereka berdua berada di meja perudningan dengan delegasi yang tiba dari Iran.
Pada 24 April 1990, para pejabat intelijen Iran dilaporkan memunuh Kazem Razavi, saudara pemimpin oposisi Iran Massoud Rajavi di Wina.
Pada 3 Mei 1991, Iran dilaporkan membunuh Hussein Madi, sekretaris jenderal Front Arab untuk Pembebasan Al-Ahwaz, di Baghdad.
Pada tahun 1991, para pengawal revolusi Iran dilaporkan membunuh Shapour Bakhtiar, perdana menteri terakhir Iran di bawah Shah Mohammad Reza Pahlav, di Prancis.
Pada tahun 1992, Iran dilaporkan membunuh Sadegh Sharafkandi, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Kurdistan Iran, dan tiga asistennya di Berlin.
Kehakiman Argentina menuding 8 pejabat Iran, termasuk Rafsanjani, perencanaan dan mengawasi serangan berdarah terhadap pusat Yahudi di Buenos Aires pada tahun 1994.
Selama tahun 1995, anggota rezim Iran ditemukan telah mengatur ledakan di menara Khobar di Arab Saudi dan yang menewaskan 19 tentara AS.
Puluhan penulis dan politisi juga dibunuh di Iran seperti Mohammad Mokhtari, Dariush Forouhar dan istrinya Parvaneh Eskandari, lansir Al Arabiya (11/1/2017). (fath/arrahmah.com)