Oleh : Adi Victoria
(Arrahmah.com) – Diriwayatkan dalam di dalam hadist Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Bersabda Rasulullah shollallahu ‘alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: “Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” “Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: “Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ‘alaih wa sallam bersabda: “Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)
Hadist diatas tampaknya bisa dijadikan gambaran terhadap realitas umat Islam saat ini. Sebut saja pembantaian di Suriah, khususnya yang sekarang sedang terjadi tepatnya di kota Halab (Aleppo), yang oleh Duta Besar Inggris untuk PBB Matthew Rycroft dikatakan sebagai sebuah pembantaian, bukan pengepungan. Dan menurut Duta Besar Perancis untuk PBB, Francois Delattre, mengatakan Aleppo dapat menjadi salah satu pembantaian terbesar terhadap penduduk sipil sejak Perang Dunia II.
Diamnya para penguasa di negeri-negeri Muslim atas seruan minta tolong warga Aleppo sangat menyesakan dada. Entah apa yang ada di kepala para penguasa negeri-negeri Muslim tersebut.
Kalau kemudian hanya sebatas mengecam dan mengutuk, maka hal tersebut tidak akan bisa menghentikan mengalirnya darah-darah mereka yang terdiri atas anak-anak, wanita, laki-laki dan orang tua di sana.
Dimana janji Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada bulan Oktober lalu yang menyatakan bahwa tugas Turki untuk umat Islam di Suriah adalah memadamkan api di Aleppo. Api sejak dulu dan sampai sekarang masih menyala dan membara di Aleppo. Mayat-mayat kaum Muslim bergelimpangan akibat serbuan pesawat tempur Rusia yang menjatuhkan bom-bom di tengah kota Aleppo.
Sikap penguasa Arab Saudi yang memutuskan hubungan diplomatic dengan Rusia juga sejatinya tidak akan bisa menghentikan pembantaian umat Islam di Aleppo oleh negara Rusia. Karena tidak berefek apa-apa kepada Rusia.
Bahkan, secara hukum Islam, memutuskan hubungan diplomatic dengan negara-negara kafir harbi fi’lan (Negara Kafir yang jelas-jelas memerangi negeri kaum Muslim) bukanlah suatu keharusan, melainkan suatu kewajiban. Tidak boleh memiliki hubungan dengan negara-negara yang jelas-jelas telah menyerang umat Islam. Bahkan hubungan dengan mereka adalah hubungan perang, bukan hubungan diplomatic kenegaraan. Kecuali hubungan diplomatic dengan kafir harbi hukman, maka diperbolehkan, itupun dengan batas syarat maksimal 10 tahun, sebagaimana perjanjian Hudaibiyah.
Korban & pelaku
Dua hal yang harus difahami terkait tragedy kemanusiaan yang terjadi di Aleppo. Yakni pertama adanya korban, dan yang kedua adanya pelaku.
Umat Islam di Aleppo adalah korban. Untuk korban, benar sudah ada penanganan dalam arti adanya bantuan makanan dan obatan-obatan yang dikirimkan. Termasuk bantuan untuk evakuasi.
Namun, bagaimana penangangan untuk pelaku pembantaian tersebut? yakni negara Rusia?
Apakah cukup hanya dengan mengutuk? Mengecam? Memutuskan hubungan diplomatic? Sesekali tidak. Karena hal tersebut tidak mampu menghentikan pembantaian yang mereka lakukan.
Ibaratnya, saat kaki kanan saudara kita di lukai oleh mereka, kemudian kita obati kaki kanan tersebut. kemudian sang pelaku melukai kaki kiri ya, kita pun kemudian mengobati. Pelaku kemudian melukai tangan kanna, kita obati, dan begitu seterusnya.
Hal ini akan terus berulang seperti siklus, karena solusi yang kita berikan hanya untuk korban, bukan untuk pelaku. Padahal, harus ada tindakan tegas untuk menghentikan apa yang mereka lakukan sehingga darah-darah umat Islam tidak lagi tumpah.
Harusnya yang dilakukan oleh penguasa negeri-negeri Muslim adalah segera mengirimkan pasukan-pasukan mereka untuk menyelamatkan saudara-saudaranya yang terkapar merintih kesakitan di kota Aleppo.
Bukankah umat Islam adalah bersaudara? Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (T.Q.S Al-Hujurat: 10)
Bukankah kita ini adalah umat yang diibaratkan oleh Rasulullah saw sebagai satu tubuh?
Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam bersabda,
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan demam dan tidak bisa tidur.” (Muttafaqun ‘Alaih dari al-Nu’man bin Basyir)
Bukankah kita juga dikatakan oleh Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam seperti ibarat bangunan yang saling menguatkan?
Dari Abu Musa ra berkata, Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam bersabda,
“Orang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu bangunan, satu dengan yang lainnya saling menguatkan.” Lalu beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam menautkan antar jari-jemarinya. (Muttafaq ‘alaih)
Bukankah Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam juga melarang kita untuk menelantarkan saudara-saudara kita?
Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam bersabda
“Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya (tidak peduli padanya), menghinanya.” (HR. Muslim)
Dimana hati nurani para penguasa negeri Muslim yang sampai saat ini menelantarkan kaum Muslim yang terus meregang nyawa. Terus meminta pertolongan namun tidak pernah dihiraukan oleh para penguasa tersebut.
Ingatlah sabda Nabi Muhammad Shallalahu alaihi wa sallam
“Tidaklah beriman salah seorang kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya sebagaimana apa saja yang ia sukai untuk dirinya sendiri (yakni kebaikan).” (HR. Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik ra)
Wahai para penguasa negeri-negeri Muslim, bersegeralah kirim pasukan anda untuk menyelamatkan saudara-saudara kita di sana. Sungguh, hujjah apa yang kelak akan anda persiapkan di sisi kalian saat saudara-saudara kita kelak di akhirat mengadu kepada Allah, bahwa para penguasa negeri Muslim tidak ada yang menolong mereka saat di dunia dulu. Ya Allah saksikanlah, kami telah menyampaikan.
Hasbunallah wanikmal wakil Nikmal maula wanikman nasir
Wallahu a’lam bisshowab.
(*/arrahmah.com)