RAQQA (Arrahmah.com) – Pada 6 Juni 2017, Pasukan Demokratik Suriah (SDF), milisi Kurdi yang didukung oleh AS, meluncurkan operasi Wrath of Euphrates untuk merebut kota Raqqa dari tangan pejuang ISIS. 50 hari kemudian, SDF mengklaim bahwa mereka berhasil menguasai 45 persen kota.
Operasi tersebut disertai dengan intensifikasi pemboman udara di kota Raqqa, dimana Paulo Pinheiro, Ketua Komisi Penyelidik PBB di Suriah mengatakan bahwa operasi tersebut telah mengakibatkan “hilangnya nyawa warga sipil yang mengejutkan”.
Antara Januari dan awal Juni, pasukan koalisi pimpinan AS meluncurkan sekitar 1.300 serangan udara di Raqqa. Sejak dimulainya operasi Wrath of Euphrates, mereka meluncurkan 1.215 serangan udara, lebih dari setengah dari total serangan udara koalisi AS di Irak dan Suriah (2.003 serangan-red) untuk periode tersebut, lansir Al Jazeera pada Rabu (2/8/2017).
Menurut Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SNHR), sekitar 400 warga sipil telah terbunuh sejak operasi diluncurkan. Ratusan ribu orang melarikan diri dan kurang dari 20 persen penduduk Raqqa tetap terjebak di kota tersebut, menurut perkiraan PBB. (haninmazaya/arrahmah.com)