KABUL (Arrahmah.com) – Taliban mengumumkan akan membentuk angkatan bersenjata baru untuk Afghanistan yang mencakup tentara dari militer pemerintahan sebelumnya.
Menteri Pertahanan interim Afghanistan, Mullah Mohammad Yaqoob, mengumumkan rencana itu melalui pesan audio yang dirilis Kementerian Pertahanan pada Ahad (24/10/2021).
Menurutnya, pembentukan pasukan itu bertujuan untuk menciptakan tentara nasional yang independen.
“(Untuk) membela negara dengan nilai-nilai tinggi,” katanya seperti dikutip Arab News (25/10).
Yaqoob mengklaim akan melengkapi pasukannya dengan senjata-senjata modern.
Sementara itu, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan bahwa pasukan baru itu akan dikerahkan untuk melindungi Afghanistan.
“Tentara adalah prioritas dan kebutuhan mendesak negara. Imarah Islam akan membentuk pasukan yang nantinya bertanggung jawab melindungi warga Afghanistan dan memiliki kemampuan untuk mempertahankan perdamaian di Afghanistan dengan cara apa pun,” katanya.
Mujahid mengatakan bahwa tentara baru terdiri dari pejuang Taliban dan tentara dari rezim sebelumnya.
“Tentara ini akan dibentuk dari pasukan baru dan juga pasukan di Tentara Nasional Afghanistan. Kami akan bekerja sama membentuk tentara yang kuat dari kedua kekuatan yang melayani dan telah melayani Afghanistan,” ucapnya.
Sejauh ini, belum ada komentar soal dukungan dari negara lain terkait pembentukan angkatan bersenjata itu.
Ekonom yang berbasis di Kabul, Hamayoon Frotan, menganggap Afghanistan butuh dukungan asing untuk membentuk tentara ini. Menurutnya, pembentukan tentara baru tentu membutuhkan materi dan sumber daya manusia.
Sementara itu, miliaran aset Afghanistan di luar negeri sudah dibekukan usai Taliban mengambil alih kekuasaan. Meski demikian, ia yakin Taliban punya SDA, ditambah sejumlah perangkat alutsista warisan pasukan asing sebelumnya.
“Saya percaya Taliban punya sumber daya manusia, juga sebagian peralatan yang dibutuhkan tentara yang didapat dari Amerika,” kata Frotan.
Ia juga menduga dukungan akan muncul dari Cina dan Rusia, mengingat Presiden Vladimir Putin yang membuka opsi untuk menghapus Taliban dari daftar organisasi teroris versi Moskow.
Namun, ia juga mengingatkan langkah tersebut harus dilakukan di tingkat Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sebelum Taliban resmi mengambil alih kekuasaan, pasukan nasional Afghanistan era Presiden Asraf Ghani tak menunjukkan kekuataannya untuk melawan kelompok itu.
Mereka bahkan tak berdaya saat Taliban merangsek ke istana kepresidenan di Kabul pada 15 Agustus lalu. Ghani mengklaim tidak ingin ada pertumpahan darah dan memutuskan angkat kaki ke luar negeri. (hanoum/arrahmah.com)