YERUSALEM (Arrahmah.com) – Ratusan warga Palestina di Yerusalem timur membakar ban dan sampah pada hari Selasa (16/3) dan melemparkan batu pada polisi anti huru hara Israel yang menembaki mereka peluru karet dan gas air mata.
Bentrokan ini dikenal sebagai bentrokan terbesar dalam beberapa bulan terakhir dan menyebabkan salah seorang pejabat AS tiba-tiba membatalkan kunjungannya ke Israel.
Bentrokan ini hingga ke sisi timur Yerusalem. Warga Palestina geram dengan rencana pembangunan perumahan tambahan bagi penduduk Yahudi di Yerusalem timur yang didominasi oleh warga Arab. Warga Palestina pun kesal terhadap rencana diresmikannya kembali sebuah sinagog di Kota Tua.
Dalam salah satu aksi protes, terdengar seorang pemuda Palestina mengibarkan bendera dan berteriak, “Kami akan mati, namun Palestina akan tetap hidup.”
Ribuan polisi Israel, termasuk unit anti huru-hara yang lengkap menenteng senapan serbu, granat dan pentungan setrum, dikerahkan di Yerusalem timur untuk mengantisipasi kerusuhan.
Medis Palestina mengatakan 10 orang mengalami luka parah, lima diantaranya terkena tembakan peluru karet. Polisi Israel mengatakan 15 petugas keamanannya menderita luka ringan, termasuk satu orang terluka oleh tembakan. Sejauh ini ada sekitar 60 pengunjuk rasa yang telah ditangkap.
Kerusuhan yang telah berlangsung dalam beberapa hari ini melumpuhkan aktivitas perekonomian dan pendidikan di sekitar Yerusalem. Selain itu, kerusuhan pun terjadi di beberapa kota di Tepi Barat.
Minggu lalu, Israel mengumumkan rencananya untuk menambah pembangunan 1.600 apartemen di Yerusalem timur, yang diklaim memperkeruh kunjungan wapres AS Joe Biden yang datang dalam rangka mewujudkan perundingan damai.
Pengumuman ini membuat marah Palestina, yang telah mengancam akan mengundurkan diri dari pembicaraan damai yang ditengahi oleh AS dan seharusnya dimulai dalam beberapa hari mendatang. Administrasi Obama marah dan menuntut agar Israel membatalkan proyek pembangunan tersebut.
Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman mengatakan kepada Radio Israel pada hari Selasa bahwa tuntutan untuk menghentikan pembangunan “adalah hal yang tidak masuk akal.” Dia memprediksi bahwa ketegangannya dengan AS akan segera reda dengan sendirinya.
Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton mengatakan hari yang sama bahwa seharusnya Israel membuktikan komitmennya untuk melanjutkan proses perdamaian Timur Tengah dengan tindakan. Namun demikian, Clinton menepis bahwa hubungan AS-Israel berada dalam titik kritis dan menegaskan kembali komitmen teguh Amerika terhadap keamanan Israel.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Perdana Menteri Israel Mark Regev mengatakan, “Pemerintah Israel telah membuktikan komitmennya selama bertahun-tahun untuk perdamaian, baik melalui kata-kata serta perbuatan.” Ia mengklaim Israel telah mau pada akhirnya menerima pembentukan negara Palestina dan membuka ratusan penghalang jalan dan pos pemeriksaan di Tepi Barat.
Israel mencaplok Yerusalem timur setelah mengambilnya dari Yordania tahun 1967 dalam perang Timur Tengah. Tetapi masyarakat internasional tidak mengakui pencaplokan tersebut dan menganggap lingkungan pemukiman Yahudi di Yerusalem timur sebagai pemukiman ilegal. Sejumlah 180.000 orang Yahudi kini tinggal di wilayah yang mengelilingi Yerusalem timur yang dihuni oleh 250.000 warga Palestina.
Di Jalur Gaza, Hamas menggelar unjuk rasa untuk memprotes serangan-serangan yang dilancarkan terhadap tempat-tempat suci bagi Muslim di Yerusalem.
“Kami mengalamatkan pesan ini kepada saudara-saudara kami di Tepi Barat: “Pergilah keluar untuk perlawanan dan melakukan pemberontakan,” kata juru bicara Deputi Parlemen Ahmad al-Bahar. (althaf/ap/arrahmah.com)