TRIPOLI (Arrahmah.com) – Bentrokan keras terjadi antara kubu Gaddafi dengan NTC di Sirte pada hari Selasa (18/10/2011) saat Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, melakukan kunjungan tiba-tiba ke Tripoli.
Sedikitnya 11 orang tewas dan 95 lainnya terluka dari kubu Dewan Transisi Nasional (NTC), sejak suara tembakan senjata kelas berat, roket dan mortir, menggema di jalanan kota Sirte, kata petugas medis di dua rumah sakit di kedua sisi Sirte kepada AFP.
Di antara mereka yang tewas adalah Mustafa bin Dardef, seorang komandan lapangan Brigade Zintan, yang juga dipukul dengan sebuah mortar. Mustafa adalah seorang pengusaha di Benghazi sebelum ia bergabung pemberontakan. Ia meninggalkan seorang putra dan empat orang putri.
Seorang pejabat senior Deplu Amerika Serikat yang menyertai Clinton mengakui bahwa ada sosok kuat yang akan tetap pengalih perhatian dari pembangunan Libya baru sepanjang keberadaan Gaddafi tetap menjadi misteri.
“Tidak ada dari kami yang tahu dimana Gaddafi berada,” pejabat itu menyatakan kepada pers dengan kondisi anonimitas.
“Tapi dia memiliki orang – antek, loyalis, anak – di sana-sini, yang masih memiliki lingkaran kekuatan di sekitar mereka,” tambahnya.
“Saya tidak berpikir ada koordinasi terjadi di antara mereka.”
“Ia (Gaddafi) masih memberikan gangguan mematikan yang merupakan ancaman bagi sebagian besar rakyat Libya. Meski demikian hal itu tak menyurutkan niat mereka untuk mewujudkan masa depan Libya tanpa Gaddafi.” (althaf/arrahmah.com)