SYDNEY (Arrahmah.com) – Unjuk rasa Anti-Islam terjadi di Australia, yang diselenggarakan oleh kelompok yang menamakan dirinya ‘Reclaim Australia’. Polisi terpaksa campur tangan di Melbourne saat bentrokan pecah antara peserta demonstran anti-Islam dan anti-rasisme, dimana ribuan orang menghadiri demonstrasi itu, sebagaimana dilansir oleh RT, Sabtu (4/4/2015).
Kelompok ‘Reclaim Australia‘, yang mengorganisir protes di 16 kota dan kota-kota di seluruh negeri, memprotes hukum Syariah, halal dan Islamisasi. Mereka menghadapi penentangan dari kelompok payung sayap kiri yang mengusung tema “No Room For Racism“. Beberapa kekerasan terburuk terjadi di Federation Square di Melbourne, di mana polisi berusaha untuk memisahkan demonstran anti-Islam dan anti-rasisme.
Seorang juru bicara layanan ambulans negara bagian Victoria mengatakan bahwa empat orang dirawat karena mengalami luka ringan, sementara juru bicara kepolisian Belinda Betty mengatakan bahwa dua pria dan seorang wanita ditangkap setelah kekerasan itu. Lebih dari 100 polisi dikerahkan untuk menjaga situasi tetap terkendali.
Seorang pembicara, yang menyebut dirinya “the great Aussie patriot”, menyampaikan pidato yang ditujukan kepada kerumunan peserta pawai anti-Islam di Sydney, “dari 1,5 miliar Muslim yang hidup di planet ini, hanya 15-20 persen dari mereka adalah “ekstrimis”, namun 15-20 persen itu adalah sekitar 300 juta muslim ekstrimis yang berupaya untuk mengambil alih dan menjatuhkan peradaban barat.”
“Muslim sekarang memiliki rata-rata 5-8 anak per keluarga. Jadi sejumlah “ekstremis” itu membesarkan semua anak-anak mereka dengan sudut pandang ini,” lansir Al Jazeera.
Di Perth, bentrokan terjadi antara pengunjuk rasa anti-Islam dengan pengunjuk rasa yang lain yang anti-rasis.
Mereka yang melakukan aksi anti-Islam itu menyebut gerakan mereka sebagai “Reclaim Australia”. Berdasarkan keterangan mereka di laman grup yang tersebar di media sosial, gerakan anti-muslim itu digelar serentak di 16 kota di Australia. Termasuk Perth, Brisbane, Sydney, dan Melbourne.
Di Perth, mereka berkumpul di Harvest Terrace dan menolak hukum syariah, sertifikasi halal, dan Islamisasi.
Anthony Hardwick dari Partai “Rise Up Australia” seperti dikutip media Australia mengatakan bahwa Islam saat ini menjadi ancaman terbesar di dunia.
Kuranda Seyit, seorang juru bicara Dewan Islam Victoria, mengatakan kepada The Anadolu Agency bahwa slogan “Reclaim Australia” yang didengungkan oleh gerakan anti-Islam itu merupakan slogan yang tidak masuk akal.
“Apa yang mereka rebut kembali,” tanya Seyit, yang juga menyampaikan pidatonya pada Sabtu (4/4) di hadapan para peserta pawai pro-Islam di Sydney.
“Satu-satunya hal yang saya bisa lihat adalah bahwa mereka sudah kehilangan martabat mereka, moral dan harga diri mereka. Ini merupakan penghinaan terhadap Australia, yang membanggakan diri pada multikulturalisme dan toleransi.”
“Mereka yang mendukung kelompok anti-Islam, yang berusaha untuk menimbulkan masalah, hanya berjumlah kecil. Mereka bermain dalam ketakutan masyarakat dan berusaha untuk menciptakan kesan bahwa ummat Islam adalah berbahaya dan akan mengubah cara hidup Australia,” ungkap Seyit.
Pengunjuk rasa anti-fasis juga berpendapat bahwa gerakan “Reclaim Australia” adalah anti-Muslim dan Islamofobia. Clare Fester, yang mengorganisir pawai anti-fasis di Sydney, mengatakan kepada The Anadolu Agency bahwa “Reclaim Australia” hanyalah gerakan “rasis dan memecah belah.”
(ameera/arrahmah.com)