KARABAKH (Arrahmah.com) – Bentrokan pecah antara pasukan Azerbaijan dan Armenia di Nagorno-Karabakh sehari setelah pembicaraan di Washington untuk mencoba mengakhiri pertempuran paling mematikan di daerah kantong pegunungan itu dalam lebih dari seperempat abad.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan melaporkan pada Jumat (23/10/2020) bahwa terjadi pertempuran di dan sekitar Nagorno-Karabakh, bagian dari Azerbaijan yang dihuni dan dikendalikan oleh etnis Armenia.
Pada tanggal 23 dan 24 Oktober, operasi dilanjutkan ke arah Aghdere, Khojavend, Fizuli, Hadrut, dan Gubadli, kata kementerian tersebut seperti dikutip oleh Anadolu.
Kementerian pertahanan Nagorno-Karabakh mengatakan pada Sabtu (24/10) bahwa jumlah tentara Armenia yang tewas dalam konflik terakhir di wilayah yang dimulai pada 27 September telah bertambah sebanyak 36 orang menjadi 963, kantor berita Interfax melaporkan.
Penembakan hebat terbaru memaksa penduduk Stepanakert, ibu kota regional Nagorno-Karabakh, ke tempat penampungan, ketika tim darurat bergegas untuk memadamkan api.
Otoritas Nagorno-Karabakh mengatakan kota-kota lain di wilayah itu juga menjadi sasaran tembakan artileri Azerbaijan.
Para pejabat di Azerbaijan mengklaim bahwa kota Terter dan daerah-daerah di wilayah Gubadli diserang oleh tentara Armenia Sabtu pagi, menewaskan seorang remaja. Mereka mengatakan bahwa seorang anak laki-laki berusia 13 tahun meninggal pada Sabtu karena luka yang dia alami dalam penembakan sebelumnya di Ganja, kota terbesar kedua di Azerbaijan.
Pada Jumat, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bertemu secara terpisah dengan menteri luar negeri Azerbaijan dan Armenia dalam upaya baru untuk mengakhiri hampir sebulan pertumpahan darah yang menurut Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin telah menewaskan 5.000 orang.
Runtuhnya dua gencatan senjata yang ditengahi Rusia telah meredupkan prospek berakhirnya pertempuran yang dimulai pada 27 September.
Pasukan Azeri mengatakan mereka telah membuat keuntungan teritorial, termasuk kontrol penuh atas perbatasan dengan Iran, yang dibantah Armenia.
Pemerintahan etnis Armenia Nagorno-Karabakh mengatakan pasukannya telah menangkis serangan.
Presiden Ilham Aliyev mengatakan kepada surat kabar Prancis Le Figaro bahwa Azerbaijan siap duduk untuk negosiasi, tetapi menyalahkan tindakan Armenia atas berlanjutnya pertempuran.
“Kami siap untuk berhenti bahkan hari ini,” kata Aliyev. “Tapi, sayangnya, Armenia sangat melanggar gencatan senjata, jika mereka tidak berhenti, kami akan melakukan yang terakhir dengan tujuan membebaskan semua wilayah pendudukan.” (haninmazaya/arrahmah.com)