SHAN’A (Arrahmah.com) – Baku tembak sengit antara pasukan Yaman dan milisi Syiah Houtsi pada hari Sabtu (31/5/2014) kembali menewaskan tiga belas orang dari kedua belah pihak. Lima orang tentara mengalami cedera dan lima milisi Syiah juga tertawan dalam bentrokan tersebut, Al-Jazeera melaporkan.
Sumber lokal di propinsi Imran, sebelah utara ibukota Shan’a mengatakan tiga orang tentara tewas dan lima lainnya mengalami cedera oleh serangan milisi Syiah Houtsi terhadap sebuah posko pemeriksaan keamanan di kawasan Salaatah pada jalan raya Shan’a – Imran. Bentrokan lainnya terjadi pada posko pemeriksaan keamanan di wilayah Warak, pintu gerbang utara menuju kota Imran.
Sumber menambahkan bahwa serangan tersebut berakhir dengan tewasnya sepuluh anggota milisi Syiah Houtsi dan tertawannya lima lainnya. Hal itu setelah serangan berubah menjadi pertempuran sengit yang berlangsung sejak Sabtu malam sampai Ahad (1/6/2014) siang. Kedua belah pihak mempergunakan semua jenis senjata dalam pertempuran tersebut.
Direktur Keamanan Propinsi Imran Kolonel Muhammad Shalih Thariq menyatakan bahwa bentrokan-bentrokan bersenjata di propinsi itu menuntut adanya intervensi langsung dan cepat Presiden Abdu Rabbih Manshur Hadi. Menurutnya pertempuran di propinsi itu semakin hari semakin meningkat.
Kolonel Thariq menjelaskan bahwa milisi Syiah Houtsi telah menyebar di hampir semua wilayah dalam propinsi Imran.
“Kondisi yang dialami oleh propinsi Imran sudah sangat jelas bagi negara, namun nampaknya tidak ada keinginan kuat pemerintah untuk menghentikan peperangan di sini,” katanya.
Pertempuran antara Brigade 310 Tentara Nasional Yaman dan milisi Syiah Houtsi di propinsi Imran telah berlangsung selama dua pekan. Puluhan tentara, milisi Syiah dan warga sipil terbunuh dalam pertempuran tersebut. Ribuan penduduk telah mengungsi ke wilayah-wilayah sekitarnya dan ibukota Shan’a untuk menyelamatkan diri mereka.
Sesuai perintah Amerika Serikat rezim sekuler Yaman memfokuskan dirinya dalam memerangi mujahidin AQAP di wilayah Yaman Selatan. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh milisi Syiah Houtsi dukungan Iran untuk melakukan gerakan pemberontakan di Yaman utara.
(muhib al majdi/arrahmah.com)