BEIRUT (Arrahmah.com) – Ratusan warga yang memperingati meninggalnya Bashir Gemayel, pemimpin milisi Kristen dan presiden Libanon yang dibunuh pada tahun 1982, terlibat bentrok.
Bentrokan pecah antara pendukung Gerakan Patriotik Bebas yang mendukung Presiden Libanon Michel Aoun melawan milisi Lebanese Forces.
Meskipun tidak ada yang terluka parah, tentara Libanon membubarkan bentrokan bersenjata tersebut karena khawatir memperburuk situasi keamanan. Sebab saat ini, para politisi Libanon sedang membentuk pemerintahan baru setelah ledakan besar di pelabuhan bulan lalu.
“Semua orang di Libanon tegang, karena situasi secara keseluruhan sedang panas,” kata Samir Geagea, pemimpin milisi Lebanese Forces pada FT.com, pada Kamis (24/9/2020), “Pawai yang ada saat ini dijadikan unjuk kekuatan oleh sebagian kelompok.”
Bentrokan ini menyusul serangkaian kebakaran dan ledakan yang terjadi di beberapa kota di Libanon. Hal tersebut membuat rasa tidak nyaman dan suasana semakin tidak pasti.
Belum lagi perundingan yang macet karena pemerintahan baru tidak dapat memulihkan kepercayaan negara-negara donor yang kecewa dengan keadaan Libanon saat ini.
Perdana menteri Libanon, Mustapha Adib, gagal memenuhi tenggat waktu Prancis untuk menunjuk kabinet baru pada 15 September. Molornya pembentukan kabinet ini dikarenakan kubu-kubu di dalam parlemen berselisih terkait kementerian keuangan utama. Belum lagi, banyaknya menteri dalam kabinet pemerintahan terakhir yang mengundurkan diri pasca ledakan besar pelabuhan. (Hanoum/Arrahmah.com)