DAMASKUS (Arrahmah.id) – Bentrokan antara pejuang Suriah yang mengambil alih Suriah dan para pendukung rezim Presiden Bashar Assad yang terguling menewaskan enam pejuang pada Rabu (25/12/2024) dan melukai beberapa orang lainnya, demikian menurut pemantau perang yang berbasis di Inggris.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan bahwa para pejuang tersebut terbunuh ketika mencoba menangkap seorang mantan pejabat di pemerintahan Assad, yang dituduh mengeluarkan perintah eksekusi dan keputusan sewenang-wenang terhadap ribuan tahanan. Para pejuang tersebut berasal dari Hai’ah Tahrir Syam atau HTS, yang memimpin serangan menakjubkan yang menggulingkan Assad pada awal bulan ini, lansir AP.
Di ibu kota, Damaskus, para pengunjuk rasa Alawiyah (pendukung Assad) bentrok dengan para pengunjuk rasa Sunni dan terdengar suara tembakan.
Protes Alawiyah juga terjadi di sepanjang pantai Suriah, di kota Homs dan pedesaan Hama. Beberapa orang menyerukan pembebasan tentara bekas tentara Suriah yang kini dipenjara oleh HTS. Sedikitnya satu pengunjuk rasa tewas dan lima lainnya terluka di Homs oleh pasukan HTS yang menumpas demonstrasi, kata Observatorium Suriah.
Menanggapi protes tersebut, HTS memberlakukan jam malam dari pukul 18.00 hingga 08.00.
Protes Alawiyah tampaknya dipicu oleh sebuah video online yang menunjukkan pembakaran sebuah kuil Alawiyah. Pihak berwenang sementara bersikeras bahwa video tersebut sudah lama dan bukan insiden terbaru.
Kekerasan sektarian telah meledak secara tiba-tiba sejak penggulingan Assad, namun tidak ada yang mendekati tingkat yang dikhawatirkan setelah hampir 14 tahun perang yang menewaskan sekitar setengah juta orang. Perang tersebut memecah belah Suriah, menciptakan jutaan pengungsi dan membuat puluhan ribu orang mengungsi di seluruh negeri.
Pekan ini, beberapa warga Suriah yang mengungsi secara paksa, mulai kembali ke rumah mereka, mencoba membangun kembali kehidupan mereka. Terkejut dengan kehancuran yang terjadi, banyak dari mereka yang mendapati hanya sedikit yang tersisa dari rumah mereka.
Di wilayah barat laut Idlib, warga memperbaiki toko-toko dan menutup jendela yang rusak, mencoba untuk mengembalikan keadaan menjadi normal.
Kota Idlib dan sebagian besar provinsi di sekitarnya telah bertahun-tahun berada di bawah kendali HTS, yang dipimpin oleh Ahmad Asy Syaraa, yang sebelumnya dikenal sebagai Abu Muhammad Jaulani, yang pernah bersekutu dengan Al-Qaeda, tetapi telah menjadi tempat serangan tanpa henti oleh pasukan rezim.
Hajjah Zakia Daemessaid, yang mengungsi secara paksa selama perang, mengatakan bahwa kembali ke rumahnya di pedesaan Idlib terasa pahit dan manis.
“Saya dan suami saya menghabiskan 43 tahun bekerja keras menabung untuk membangun rumah kami, hanya untuk mendapati semua itu sia-sia,” ujar perempuan berusia 62 tahun itu.
Di lingkungan yang berdebu, mobil-mobil berlalu lalang dengan koper-koper yang diikat di atasnya. Orang-orang berdiri diam di jalanan atau duduk di kedai-kedai kopi yang kosong.
Di Damaskus, pemerintah baru Suriah menggerebek gudang-gudang pada Rabu, menyita obat-obatan seperti Captagon dan ganja, yang digunakan oleh pasukan Assad. Satu juta pil Captagon dan ratusan kilogram ganja dibakar, kata pihak berwenang sementara. (haninmazaya/arrahmah.id)