TRIPOLI (Arrahmah.com) – Bentrokan antara milisi yang saling bersaing di selatan Tripoli menewaskan dua orang dan 16 lainnya cedera, dalam kekerasan terakhir yang melibatkan kelompok-kelompok bersenjata yang menolak menyerahkan senjata mereka.
Bentrokan antara milisi Libya ini terjadi mulai Jumat malam (13/1/2012) dan berlanjut hingga hari Sabtu (14/1).
“Kami menerima delapan kasus kemarin, termasuk satu tewas ditembak di kepala dan dada, satu kritis dengan luka di kepala dan enam lainnya luka ringan,” kata Ibrahim Karim, seorang dokter di rumah sakit utama di Gharyan, 80 kilometer dari selatan Tripoli.
Muhammad Hassan, seorang dokter di rumah sakit yang sama, mengatakan satu orang lainnya telah meninggal dan sembilan orang dibawa ke rumah sakit pada hari Sabtu (14/1), “dua orang dalam kondisi sangat kritis”.
Seorang wartawan Reuters di tempat kejadian melihat ambulans dan truk pickup masuk halaman rumah sakit membawa korban yang terluka, termasuk seorang remaja berpakaian sipil yang tidak sadarkan diri. Remaja itu hanya mengatakan bahwa dia mendengar tembakan di dekatnya.
Pemerintah sementara Libya sedang berjuang untuk mengendalikan sejumlah milisi yang pernah memainkan peran penting dalam menjatuhkan Muammar Gaddafi tetapi sekarang menolak untuk melucuti senjatanya. Menurut pemerintah, mereka menaruh kecurigaan yang sangat besar terhadap penguasa baru negara itu.
Anggota milisi dari Gharyan mengatakan mereka berjuang untuk melawan musuh di Assabia, 10 mil jauhnya, yang mereka tuduh sebagai milisi pro-Gaddafi.
Pejuang dari Assabia tidak bisa dihubungi pada hari Sabtu (14/1) untuk memberikan komentar. Sejak kematian Gaddafi, berbagai milisi telah bentrok atas wilayah kekuasaan dan perselisihan kecil dan masing-masing pihak sering saling menuduh satu sama lainnya masih mendukung diktator yang sudah tewas itu.
Seorang juru bicara dewan kota Gharyan kepada Reuters melaporkan bahwa bentrokan dimulai ketika para pejuang dari Assabia menghentikan dua warga sipil, menelanjangi satu orang dan menikam yang lainnya di bagian kaki.
“Revolusioner Gharyan mulai mengumpulkan senjata mereka pada akhir Jumat. Pada pukul 5.00 sore, Assabia mulai menembak dengan artileri berat terhadap Gharyan,” katanya.
Brigadir Ammar Huwaidi, komandan dewan militer Gharyan, mengatakan bahwa ia memiliki daftar yang berisi 70 orang mantan brigade pro-Gaddafi brigade di Assabia yang ingin ia tangkap. Dia juga sedang mencari pelaku penyergapan yang menewaskan sembilan orang dari Gharyan pada bulan September.
“Assabia menembakkan 120 roket kemarin pada kami. Hari ini mereka menggunakan peluncur roket dan terdapat aksi saling tembak. Beberapa rumah warga rusak,” kata Huwaidi dalam percakapan telepon dengan Menteri Pertahanan Libya, Osama al-Juwali.
Awal bulan ini, Libya menunjuk kepala angkatan bersenjata, sebagai langkah penting pertama untuk membangun militer baru yang akan menggabungkan mantan pemberontak.
Pada saat yang sama, Mustafa Abdul Jalil, ketua Dewan Transisi Nasional (NTC), memperingatkan bahwa konflik di antara milisi bisa memicu perang sipil baru setelah empat gerilyawan tewas dalam bentrokan di Tripoli. (althaf/arrahmah.com)