PALEMBANG (Arrahmah.com) – Kepolisian Daerah Sumatera Selatan mengharapkan warga di Kabupaten Ogan Ilir di sekitar PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Cinta Manis tetap tenang, menyusul bentrokan aparat kepolisian dengan masyarakat Desa Limbung Jaya, Jumat petang.
Masyarakat kami harapkan tetap tenang, dan jangan mudah terpancing isu yang belum tentu kebenarannya, kata Kabid Humas Polda Sumsel, AKBP R Djarod P, saat dihubungi di Palembang, Jumat malam.
Djarod membenarkan adanya kejadian perselisihan atau bentrokan antara aparatnya dengan warga setempat.Namun hal itu sudah dapat diselesaikan, kata dia dikutip antaranews.
Menurut dia, dalam kejadian tersebut seorang warga setempat meninggal akibat terkena peluru nyasar.
Selain itu, ada tiga warga lainnya yang mengalami luka-luka, dan telah dibawa ke rumah sakit.
Dia menegaskan, atas kejadian tersebut, pihaknya masih akan terus menyelidiki dan memastikan bila benar aparatnya bersalah, akan diproses sesuai hukum berlaku.
“Kami tetap akan menindak bila ada anggota bersalah atas kejadian tersebut,” ujar dia lagi.
Namun, berdasarkan keterangan anggotanya di lapangan itu telah melakukan pengamanan sesuai petunjuk dan prosedur hukum yang berlaku.
Ia juga membenarkan, saat ini pengamanan di lokasi kejadian, diperketat agar kondisinya tetap aman dan untuk mengantisipasi supaya kejadian itu tidak berkembang lebih lanjut.
Menurut Djarot, jajaran Polda Sumsel akan terus mengantisipasi supaya kondisi keamanan di lokasi kejadian tetap aman, dan permasalahan yang terjadi tidak berkembang meluas lagi.
Satu Korban Meninggal
Aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumsel, Hadi Jatmiko, memastikan berdasarkan informasi warga, akibat bentrok dengan aparat kepolisian itu, ada satu korban warga yang meninggal dunia dan lima warga lainnya mengalami luka tembak.
Korban yang meninggal dunia itu atas nama Angga Bin Darmawan (12), dan korban mengalami luka tembak atas nama Jesika (16), Dut Binti Juni (30), Rusmin Bin Alimin, dan dua perempuan lagi belum diketahui identitasnya dalam kondisi kritis.
Menurut dia, ketika bentrok terjadi sempat beredar kabar adanya dua korban warga yang meninggal dunia, namun setelah dilakukan pengecekan di lapangan dipastikan hanya ada satu warga yang meninggal dunia.
Korban yang meninggal dunia itu pada saat bentrokan terjadi sedang bermain “games play stations” di salah satu rumah penduduk di Desa Limbang Jaya, dan saat melihat ada keributan keluar rumah untuk melihat kejadian yang berlangsung.
“Tiba-tiba warga itu tertembak,” kata Hadi pula.
Dia menjelaskan, korban yang meninggal itu sekarang ini sedang dibawa keluarganya dari Kabupaten Ogan Ilir ke Rumah Sakit Dr Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang untuk dilakukan visum.
Begitu juga korban yang mengalami luka tembak, akan dibawa ke Palembang untuk mendapatan perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumsel atau rumah sakit lainnya.
Diharapkan korban yang mengalami luka tembak tersebut, masih dapat diselamatkan oleh tim medis.
“Cukuplah satu korban saja yang jatuh sebagai dampak dari perjuangan petani dan warga setempat untuk mendapatkan kembali lahan yang bersengketa dengan PT Perkebunan Nusantara VII itu,” kata aktivis Walhi Sumsel itu menyampaikan keprihatinan.
Setelah mengurus para korban tersebut, Walhi Sumsel bersama Tim Advokasi Hukum dan Pencari Fakta Cinta Manis Ogan Ilir, akan melaporkan kejadian penembakan tersebut ke Polda Sumsel.
Walhi Sumsel menyesalkan terjadi bentrokan antara petani Kabupaten Ogan Ilir dengan aparat kepolisian yang sedang mengamankan lahan sengketa dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII tersebut.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Walhi Sumsel, Anwar Sadat, telah meminta agar aparat kepolisian yang mengamankan lokasi sengketa tanah di Kabupaten Ogan Ilir dapat menghentikan tindakan yang mengarah kepada intimidasi petani maupun warga di sana.
Tindakan aparat kepolisian melakukan penggerebekan rumah tokoh masyarakat dan pemanggilan petani, baik sebagai saksi maupun tersangka dalam kasus sengketa lahan dengan PTPN VII beberapa hari terakhir cukup meresahkan dan membuat petani takut, kata dia.
Jika kondisi tersebut terus berlangsung, dikhawatirkan bisa terjadi dua kemungkinan, pertama petani berhenti melakukan gerakan perjuangan mendapatkan kembali tanah mereka seluas 15 ribu hektare, dan kedua bisa jadi mereka berbalik melakukan perlawanan, ujar Sadat lagi.
“Seandainya sampai terjadi bentrokan hebat dan menimbulkan korban jiwa, siapa yang bertanggungjawab dan siapa yang dipersalahkan,” kata dia pula.
Kekhawatiran sebelumnya disampaikan Direktur Walhi Sumsel itu, ternyata terjadi pada Jumat ini.
Walhi Sumsel bersama Tim Advokasi Hukum dan Pencari Fakta Cinta Manis akan terus mendampingi petani mengusut tuntas kasus bentrokan tersebut, kata Hadi Jatmiko menambahkan pula.
Secara terpisah, Kepala Bidang Humas Polda Sumsel AKBP R Djarod menegaskan bahwa bentrokan yang terjadi di Ogan Ilir itu sudah bisa dikendalikan, dan sekarang ini kondisi keamanan di lokasi kejadian sudah kondusif.
Bentrokan diduga terjadi karena warga menghadang aparat kepolisian yang sedang bertugas di sekitar kawasan tempat kejadian tersebut, kata Djarot pula. (bilal/arrahmah.com)