Tanjung Morawa (Arrahmah.com) – Teriknya sinar matahari sama sekali tidak mengurangi antusiasme umat Islam daerah Tanjung Morawa sekitarnya untuk ikut serta dalam acara Parade Tauhid jilid III dalam rangka memeriahkan tahun baru Islam.
Sejak pukul 07:00 WIB, terlihat massa sudah mulai memadati area di depan lapangan simpang abadi yang dijadikan sebagai titik kumpul.
Berbagai macam kendaraan roda dua, becak bermotor hingga odong-odong dihiasi dengan bendera tauhid al-Liwa dan ar-Rayah sebagai simbol pemersatu umat Islam.
Acara yang diadakan oleh ormas Islam KAUMI (Kesatuan Aksi Umat Islam) pimpinan Ustadz Azanul Shauty ini juga dihadiri oleh komunitas Moeslem Club Riders (MCR) Sumatera Utara, Smeck Hooligan Kota Medan, dan berbagai elemen masyarakat.
Setelah lantunan ayat suci al-Qur’an yang dibacakan oleh Ustadz Syamsurizal Tanjung, massa mulai bergerak menuju jalan Sei Belumai Hilir, jalan Sultan Serdang, jalan Limau Manis, jalan Bandar Labuhan Bawah, jalan Limau Mungkur, jalan Pahlawan, dan kemudian berkumpul di Lapangan Garuda.
Yel-yel ; MUHARAM MOMENTUM PERUBAHAN, MUHARAM TEGAKKAH SYARIAH KAFFAH begitu menggema memenuhi jalan-jalan yang dilalui oleh peserta konvoi.
Kibaran bendera tauhid al-Liwa dan ar-Rayah juga menarik perhatian masyarakat untuk diabadikan dengan kamera, bahkan kerap dijumpai beberapa orang yang ikut meneriakkan takbir kepada peserta konvoi.
Setelah massa berkumpul di Lapangan Garuda, ada beberapa tokoh yang kemudian menyampaikan orasinya, diantaranya Ustadz Adi Jefris Sitohang (Mudir Ma’had al-Izzah Khoiru Ummah), Ustadz H. Alhafiz Azanul Shauty, SHI (pimpinan ormas KAUMI), Ustadz Ahmad Khozinuddin SH (Ketua LBH Pelita Umat Pusat), Ustadz Roni (Smeck Hooligan), Ustadz M. Thidayat (Ketua Komunitas MCR Sumut), Ustadz Muhammad Fatih al-Malawy (Mudir Ma’had ats-Tsaqofiy).
Dalam kesempatan tersebut selain menyampaikan tentang 1 Muharram sebagai momentum persatuan umat Islam, Ustadz Ahmad Khozinuddin SH juga mengingatkan tentang isu papua.
“Papua adalah bagian dari negeri kaum muslimin, isu disintegrasi papua tentunya akan kontra-produktif dengan keinginan rakyat papua itu sendiri. Kita bisa lihat yang terjadi dengan Timor Timur, setelah lepasnya Timor Timur dari NKRI bukannya mereka lebih makmur tapi justru membuat rakyatnya semakin dicengkeram oleh kapitalisme global, lebih parah. Dan ini yang harus dipahami oleh rakyat papua”, ungkap Ustadz Ahmad Khozinuddin
Terkait sejumlah tuduhan oleh beberapa pihak yang menyatakan bahwa isu disintegrasi papua disebabkan oleh orang-orang yang menginginkan diterapkannya syari’ah dan khilafah, Ustadz Ahmad menyatakan bahwa hal ini harus dikembalikan lagi bahwa yang diinginkan OPM itu sebenarnya apa.
“Apakah mereka menginginkan tegaknya khilafah? Pastinya mereka hanya ingin memerdekakan diri. Dan tentunya ini justru bertentangan dengan seruan-seruan yang disampaikan oleh orang-orang yang menginginkan tegaknya syari’at Islam secara kaaffah. Jadi ini adalah tuduhan keji dari orang-orang munafik yang tidak bisa membuktikan kausalitas antara tudingan dengan realitas yang terjadi di papua,” tandasnya.
.
Lebih lanjut, ia juga mengatakan bahwa semua juga terkait dengan islamophobia yang membuat umat Islam diperlakukan secara tidak adil dan selalu disalahkan.
“Ketika aksi damai umat Islam dan pengibaran bendera tauhid ditanggapi oleh rezim secara luar biasa ganasnya, tetapi ketika bendera bintang kejora dikibarkan di depan istana tidak ada tindakan rezim yang mencerminkan bahwa negara tidak boleh kalah dari orang-orang yang mengancam kedaulatan negara. Dan kasus papua ini sebenarnya juga mengkonfirmasi kegagalan rezim,” tegasnya.
Pukul 11:30 WIB, acara diakhiri dengan do’a yang dibacakan oleh Ustadz Wandi, dan massa pun kembali pulang dengan tertib.
FB: Dakwah Sumut
(ameera/arrahmah.com)