MOGADISHU (Arrahmah.com) – Bencana kelaparan di Somalia dinyatakan berakhir, tapi situasi di negara yang kacau karena konflik pertempuran itu tetap mengerikan dengan hampir sepertiga dari penduduknya membutuhkan bantuan darurat, kata PBB, pada Jumat (3/2/2012).
“PBB menyatakan kelaparan di Somalia telah berakhir,” kata Unit Analisis Ketahanan Gizi dan Pangan PBB (FSNAU) dan jaringan peringatan kelaparan AS yang dikenal sebagai FEWS NETS, dalam sebuah pernyataan.
“Kombinasi dari bantuan kemanusiaan skala besar dan panen yang luar biasa telah membantu memperbaiki situasi kemanusiaan,” tambah pernyataan itu.
Terdapat tiga area yang sempat menjadi titik darurat kelaparan: Shabelle Tengah, Afgoye, dan kamp ibukota Mogadishu.
Namun, “daerah-daerah ini kini telah ada dalam situasi darurat,” kata PBB, sementara memperingatkan bahwa situasi tetap kritis.
“Ada 1,7 juta orang di Somalia selatan masih dalam krisis. Jutaan orang masih membutuhkan makanan, air bersih, tempat tinggal, dan bantuan lain untuk bertahan hidup dan situasi diperkirakan akan memburuk pada bulan Mei,” kata Mark Bowden, koordinator bantuan kemanusiaan PBB.
Sebagian besar wilayah Somalia selatan dikendalikan oleh Al Shabaab, yang telah memberlakukan pembatasan pada badan-badan bantuan asing.
Kelaparan pertama kali dideklarasikan di Bakool Selatan dan Dataran Rendah Shabelle pada bulan Juli, namun kemudian menyebar ke daerah lain.
Kelaparan menyiratkan bahwa setidaknya 20 persen kepala keluarga menghadapi kekurangan pangan yang ekstrim, dengan malnutrisi akut di lebih dari 30 persennya, dan dua kematian per 10.000 orang setiap hari, menurut PBB. (althaf/arrahmah.com)