PARIS (Arrahmah.com) – Sebuah edisi majalah Al-Qaeda di Jazirah Arab atau Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP), Inspire, dilaporkan memuat sebuah poster ‘Wanted’ berisi pesan perburuan: ‘Hidup atau Mati bagi Mereka yang Melakukan Kejahatan terhadap Islam’, lansir DM.
Poster itu memuat daftar pelaku yang telah menyinggung Islam. Salah satu orang yang masuk dalam daftar itu adalah Stephane Charbonnier, pemimpin redaksi majalah anti-Islam “Charlie Hebdo” di Paris, Perancis. Selama ini Charbonnier hidup di bawah perlindungan polisi karena telah menerima sejumlah ancaman pembunuhan atas dirinya akibat ulahnya yang seakan tak pernah kapok menghina Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.
Dia menambahkan: “Kami memohon kepada Allah untuk memberi balasan terbaik bagi mereka yang membakar kantor pusat [majalah penghina Nabi] dan menyerang situs web-nya, karena kalian [bisa] menenangkan hati umat Islam.”
Sementara itu, seperti Inggris, hingga kemarin Perancis juga mengklaim bahwa salah satu ancaman terbesar bagi mereka ditimbulkan oleh pejuang kelompok “Daulah Islam” atau Islamic State (IS) yang kembali [ke Perancis] dan pendukung mereka.
Di London, unit intelijen MI5 dan MI6 semalam juga turut membantu rekan-rekan mereka di Perancis.
Intelijen Perancis meyakini ada lebih dari 1.000 warga negara mereka dan 500 orang Afrika Utara yang mempunyai link dengan Perancis saat ini bersama dengan kelompok-kelompok “militan” di Irak dan Suriah.
Selain itu, sedikitnya dilaporkan ada lima kelompok pendukung “militan” yang dibuat warga Perancis dan Belgia.
Beberapa diantaranya diyakini sebelumnya merupakan pendukung Al-Qaeda di Yaman atau AQAP yang dibentuk dari penggabungan antara dua cabang regional jaringan Jihad Islam internasional di Yaman dan Arab Saudi.
Mantan penasihat “kontra-terorisme” presiden AS telah menyebutnya sebagai cabang operasional paling aktif Al-Qaeda di luar Pakistan dan Afghanistan.
Kelompok ini juga disebut-sebut bertanggung jawab atas upaya untuk meledakkan sebuah pesawat trans-Atlantik ketika seorang Nigeria, Umar Farouk Abdulmutallab, yang belajar di London, dilaporkan mencoba meledakkan sebuah bom yang disembunyikannya.
Dia diduga mengklaim kepada penyelidik bahwa oknum AQAP melatih dirinya di Yaman, melengkapinya dengan alat peledak berkekuatan besar dan mengatakan kepadanya mengenai apa yang harus dilakukan.
Abdulmutallab juga memperingatkan bahwa ada orang lain seperti dirinya yang akan segera melancarkan serangan.
AQAP diyakini muncul di Arab Saudi pada Mei 2003, ketika menyatakan bertanggung jawab atas serangan bom istisyadiyah simultan pada tiga kompleks perumahan Barat di Riyadh, yang menewaskan 29 orang.
Salah seorang pejuangnya, Ibrahim, diklaim telah membuat bom serta perangkat yang digunakan oleh Abdulmutallab dalam upaya yang tidak berhasil untuk menghancurkan A330 Northwest Airlines Airbus pada Hari Natal 2009.
Dengan dalih melawan AQAP, Amerika Serikat telah melakukan sejumlah serangan pesawat tak berawak terhadap kelompok itu dan kamp pelatihan jihadnya, yang juga telah menjadi fokus bagi Perancis, Belgia, Inggris dan Jerman serta Afrika Utara.
(banan/arrahmah.com)