JENEWA (Arrahmah.id) – Perdana Menteri “Israel” Yair Lapid disebut mengakui negara Palestina. Hal tersebut diungkapkannya saat berpidato di depan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), seperti dilansir Xinhua pada Kamis (29/9/2022).
Penagkuan tersebut dijadikan sebagai “solusi dua negara” untuk perdamaian wilayah Palestina, yang dicaplok oleh “Israel”.
“Sebagian besar orang ‘Israel’ mendukung visi solusi dua negara,” kata Lapid.
Ini adalah pertama kalinya dalam beberapa tahun seorang pemimpin “Israel” secara terbuka menyatakan dukungan untuk solusi itu. Langkah tersebut memungkinkan munculnya sebuah negara Palestina merdeka dengan negara “Israel” sebagai tetangganya.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam kesempatan yang sama menyambut positif Lapid. Ia meminta keduanya duduk di meja perundingan.
“Ujian nyata dari keseriusan dan kredibilitas posisi ini adalah pemerintah Israel duduk di meja perundingan segera untuk menerapkan solusi dua negara,” katanya.
Namun sikap ini ternyata mendapat tanggapan sinis pengamat Palestina. Sebagian besar analis politik Palestina mengatakan bahwa mereka tidak yakin dengan pidato Lapid.
Itu diyakini hanyalah aksi politik untuk memikat pemilih “Israel”-Arab dalam pemilihan umum, yang rencananya akan diadakan pada 1 November mendatang.
“Tidak serius dan tidak menawarkan apa-apa,” kata seorang profesor ilmu politik di Universitas Al-Quds, Ahmad Rafiq Awwad.
“Lapid membutuhkan suara dari ‘Israel’-Arab dan dukungan dari partai-partai kiri untuk menang dalam pemilihan berikutnya, sehingga pemimpin ‘Israel’ mengambil PBB sebagai kesempatan untuk mempromosikan kampanyenya,” tambahnya.
Pemilihan November sendiri kemungkinan akan menjadi duel antara Lapid dan Benjamin Netanyahu, yang rempat menjadi Perdana Menteri “Israel” dari tahun 1996 hingga 1999 dan 2009 hingga 2021.
Netanyahu sendiri mengomentari pernyataan Lapid dengan amarah. Di mana, dalam pesan video berapi-api, ia mengatakan bahwa PM saat ini “menempatkan orang-orang Palestina kembali ke pusat panggung internasional dan mengirim Israel kembali ke lubang”.
Padahal, jika ditarik ke belakang, Netanyahu juga pernah menyerukan solusi dua negara di PBB pada tahun 2016. Tetapi dia tak pernah merealisasikan itu. (rafa/arrahmah.id)