(Arrahmah.com) – Dua hal yang harus diperhatikan mengenai hal ini, seperti yang kita semua ketahui Jamaah Daulah [Islam atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS] sangat licik dan pintar, dan mereka mencoba untuk bersembunyi di balik kefasihan tetapi oleh kehendak Allah, kebusukan mereka akan terungkap.
Kelompok Daulah menyerang Syaikh Usamah Rahimahullah pada beberapa kesempatan di majalah mereka, Dabiq, saya akan mengangkat dua hal yang paling penting, dengan ini Anda tidak perlu mencari-cari dan bertele-tele, tapi Anda harus membuka pikiran dan siap untuk menerima kebenaran Insya Allah.
1) Jamaah Daulah mengatakan dalam majalah mereka, dan kutipan tersebut juga dilampirkan dalam artikel ini, bahwa mereka percaya kelompok Syaikh Usamah adalah kelompok yang bepahaman Ijraa’, karena Syaikh Usamah mengkakfirkan secara eksplisit Rezim Saudi, sebelum itu, itu adalah kelompok yang mengikuti manhaj Murjiah.
Bagian di mana Daulah menyatakan bahwa Tandhim Al-Qaeda ini adalah dan merupakan kelompok Irjaa’:
“Sayangnya, saya menemukan bahwa metodologi Qaidatul jihad setelah kematian Syaikh Usamah bin Ladin (Rahimahullah) adalah metodologi yang sama saat sebelum pernyataannya di mana ia mengkafirkan rezim Saudi dan tentaranya secara eksplisit. Jadi Al-Qaeda sebelum saya dipenjarakan sama dengan Al-Qaeda setelah saya dibebaskan. Itu adalah manhaj Irja’ yang menahan diri dari banyak hal dengan alasan kehati-hatian atau mencari keuntungan. Hal aneh lain adalah keragu-raguan mereka dalam mengkafirkan Syiah Rafidah.”
Kata-kata Daulah di atas sangat jelas, Daulah mengklaim bahwa pada tahun 80-an dan 90-an, (perhatikan bahwa orang-orang yang menulis majalah ini, kemungkinan besar mereka bahkan belum mencapai masa pubertas pada era itu, namun mereka ingin mengajar orang-orang tentang peristiwa yang terjadi pada waktu itu) karena keragu-raguan Jamaah Syaikh Usamah (Al-Qaeda) dalam mengkafirkan Rafidhah maka kelompok Syaikh Usamah dianggap sebagai kelompok Irja’, tapi kemudian setelah pernyataan-pernyataan eksplisit dari Syaikh Usamah … mereka bukan lagi kelompok Irjaa, tapi kemudian setelah Syaikh meninggal, mereka kembali menjadi Murjiah.
Jadi kesimpulannya, Syaikh Usamah adalah bagian dari kelompok Murjiah sebelum ia mengkafirkan Rezim Saudi secara eksplisit. Bagian ini ditempatkan sangat cerdik untuk mencoba dan menyembunyikan permusuhan mereka terhadap Syaikh Usamah. Sekarang saya akan beralih ke poin nomor dua.
2) Kelompok Daulah dalam majalah mereka menyerang “pendekatan” (sebagaimana Daulah menyebutnya) Mullah Umar hafidhahullah dengan negara-negara lain, sedikit banyak menyatakan beliau condong kepada kebangsaan (nasionalistik) & yang PALING PENTING, karena hal itu mereka menyerang Tandhim Al-Qaeda.
Bagian dimana Daulah menyebut Ikrar Kesetiaan (baiat) ke Mullah Umar adalah “kebusukan”:
“Terakhir, semoga Allah tidak memberkati Al-Qaeda yang berbai’at kepada Mullah Umar. Mullah Umar telah mendoakan Hamd dan Tamim Al-Thani dan “menasehati” “penguasa Muslim” (Tawaghit) melalui lidahnya sendiri serta lidah Imarahnya … dia yang telah mengizinkan mereka untuk beroperasi di luar perbatasan modern Afghanistan melawan ” penguasa Muslim,” di “negara-negara tetangga,” “negara-negara di wilayah ini,” dan “bangsa di dunia?” Atau apakah ia berulang kali menyangkal inisiatif untuk melakukan operasi di luar Afghanistan dalam upaya untuk menenangkan “masyarakat internasional?” Selanjutnya, bagaimana mungkin Imarah (red: Imarah Islam Afghanistan) menyerukan untuk membangun hubungan bilateral berdasarkan saling menghormati dan hubungan bertetangga dengan India, dan kemudian Adh-Dhawāhirī datang dan mengumumkan cabang organisasi Al-Qa’idah di India? Dan bagaimana bisa Imarah Afghanistan-nya menyerukan untuk membangun hubungan baik dengan Syiah Rāfidī Iran, sedangkan An-Nadhārī menyerukan untuk membunuh Rafidah? Apakah klaim bai’at kepada Mullah Umar berdasarkan dari kebijaksanaan seorang Muslim Yaman atau keberpihakan jahiliyah? Mereka harus melepaskan itu, karena itu adalah kebusukan.“
Bagian di mana mereka menyerang Mullah Umar dan disebut dalam retorikanya sebagai “nasionalisme”:
“Dia menyebutkan beberapa klausul yang merusak Islam dan – menggunakan bahasa-bahasa patriotik dan nasionalis – menyeru untuk menghormati konvensi internasional dan perbatasan negara, mengucapkan selamat kepada bangsa-bangsa revolusi Arab (Arab Spring) yang menggulingkan rezim mereka, dan meminta Mujahidin Muhajirin yang tertindas untuk kembali ke negara mereka.”
Sekarang mari kita lihat realitasnya, siapa yang telah memberikan baiat janji setianya kepada Mullah Umar sebelum seorangpun melakukannya? Dia adalah Syaikh Usamah, bukanlah Syaikh Ayman Ad-Dhawahiri. Demi Allah, Syaikh Usamah yang pertama kali menyatakan baiat kepada Mullah Omar. Sekarang bagaimana dengan perkataan beberapa Ghullat (ekstremis) yang sok pintar (padahal mereka bodoh) yang mengatakan: “Mullah Umar telah berubah sejak saat itu(kematian Syaikh Usamah)”. Baik, mari kita bandingkan sebuah pernyataan pada Idul Adha 2009 oleh Mullah Omar (ketika Syaikh Usamah masih hidup dan masih berbaiat kepada Mullah Omar), dan bandingkan dengan pernyataan dari Mullah Umar pada Idul Fitri tahun ini (2014). Mari kita bandingkan:
Pernyataan Mullah Umar Hafidhahullah pada 2009:
“Imarah Islam Afghanistan ingin menjaga hubungan baik dan positif dengan semua negara tetangga berdasarkan saling menghormati dan membuka bab baru bertetangga yang baik dengan bekerjasama dan membangun ekonomi. Tujuan kami adalah untuk mendapatkan kemerdekaan negara dan membangun sistem yang hanya Islam menjadi dasar aspirasi bangsa Muslim. Kita akan mempertimbangkan pilihan apapun yang bisa mengarah pada pencapaian tujuan ini. Kami akan terbuka kepada semua pilihan dan cara untuk mencapai tujuan ini. Namun, ini hanya mungkin dilakukan ketika negara telah bebas dari injakan pasukan penjajah dan telah memperoleh kemerdekaan.”
(Syaikh Usamah masih hidup pada saat pernyataan ini dibuat, dan ingatlah, bahwa pesan Mullah Umar ini sangat mirip, baik sebelum tahun 2009 dan bahkan sebelum invasi AS ke Afghanistan)
Pesan Mullah Umar pada 2014:
“Kami memastikan kepada dunia dan negara tetangga karena kami telah meyakinkan mereka di masa lalu bahwa perjuangan kami ditujukan hanya untuk membentuk sebuah Imarah Islam yang independen dan memperoleh negara yang merdeka. Kami tidak berniat untuk campur tangan dalam urusan (internal) daerah dan negara di dunia, juga kita tidak ingin menyakiti mereka. Demikian pula, kita tidak mentolerir peran mereka untuk menyakiti kita dan mendesak mereka untuk memiliki sikap timbal balik. Saya menyeru kepada semua Mujahidin di daerah perbatasan untuk melindungi perbatasan mereka dan menjaga hubungan baik dengan negara-negara tetangga atas dasar saling menghormati.”
Jadi klaim bahwa Mullah Umar telah berubah atau retorikanya berubah adalah palsu – tidak seperti yang diklaim oleh Daulah. Syaikh Usamah memiliki Bai’at Uzhma’ -sebuah Ikrar Kesetiaan yang mewajibkan seseorang mematuhi Amir-nya dengan segenap kemampuan selama Amir itu tidak bermaksiat dan melawan Islam- kepada seorang pria yang menurut Daulah telah melakukan pendekatan dengan negara-negara lain dan membicarakan soal nasionalisme, bahkan Dauah menyebut baiat kepada Mullah Umar oleh Syaikh Usamah hingga beliau syahid ini adalah baiat yang busuk.
Memang kita semua ketahui, bahwa Syaikh Usamah bukanlah manusia yang sempurna, atau bukanlah sebuah ukuran suatu kebenaran, melainkan saya membuat tulisan ini karena banyak pendukung Daulah menggunakan argumen ini, bahwa mereka (Daulah) mengikuti Syaikh Usamah atau bahwa mereka tidak menyerang beliau di majalah ini, maka saya menulis ini – maaf jika tulisan ini cukup panjang, karena memang harus.
Wallahu Ta’ala A’lam.
Sumber:
Pernyataan Mullah Omar 2009: http://www.ummah.com/forum/archive/index.php/t-229322.html
Pernyataan Mullah Omar 2014: http://occident2.blogspot.dk/2014/07/mullah-muhammad-umars-eid-al-fitr-1435.html
(muqawamah/arrahmah.com)