TEL AVIV (Arrahmah.id) — Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, melarang masjid-masjid di Israel mengumandangkan azan. Dia mengatakan polisi harus mengatasi masalah kebisingaan.
Dilansir Al-Jazeera dan The Times of Israel (2/12/2024), Itamar Ben-Gvir, lewat akun X-nya, mengatakan polisi perlu ‘menangani dan menegakkan masalah kebisingan di masjid’.
Channel 12 Israel sebelumnya juga melaporkan Ben-Gvir telah mengirimkan instruksi kepada polisi tentang penegakan larangan tersebut, termasuk dengan menyita pengeras suara dan memberikan denda.
Menurut Pew Research Center, sekitar 14 persen penduduk Israel beragama Islam.
Anggota parlemen dan aktivis sayap kanan di Israel telah mempelopori upaya untuk meredam pengeras suara di masjid selama bertahun-tahun.
Penduduk Yahudi di Yerusalem Timur dan daerah lain di Israel mengeluhkan apa yang mereka sebut sebagai kebisingan berlebihan dengan mengatakan hal tersebut membangunkan mereka di tengah malam.
“Aturan tersebut memberikan opsi untuk menyita sistem audio (di masjid). Ini adalah alat yang efektif untuk pencegahan. Saat kita menggunakan alat ini, alat ini akan bergema di seluruh sektor (Muslim). Pada akhirnya, kita perlu mendapatkan hasil di lapangan,” tulis Ben Gvir kepada komandan polisi dalam sebuah surat yang diterbitkan pada Sabtu.
Dia juga mengaku akan mengajukan rancangan undang-undang yang pada akhirnya akan menaikkan denda bagi masjid yang dianggap membuat kebisingan. Wali kota di kota-kota Arab mengatakan kepada Channel 12 bahwa mereka melihat langkah ini sebagai ‘provokasi baru dari Ben Gvir’ terhadap komunitas Arab dan Muslim yang dapat menyebabkan kekacauan dan kerusuhan.
Organisasi Abraham Initiatives, yang mengupayakan kesetaraan dan kerja sama antara orang Yahudi dan Arab di Israel, mengatakan ini adalah tanda lain dari upaya Ben Gvir untuk mempolitisasi polisi.
“Sementara organisasi kejahatan bebas berkeliaran, Menteri Ben Gvir terus menggunakan polisi sebagai alat politik untuk menciptakan lebih banyak ketegangan, kekacauan, dan kebencian. Laporan ini sekali lagi membuktikan bahwa di bawah pemerintahan Ben Gvir, satu-satunya orang yang bisa merasa aman dari polisi adalah keluarga kriminal, sementara penduduk sipil menjadi sasaran serangannya,” kata organisasi tersebut. (hanoum/arrahmah.id)