BAMAKO (Arrahmah.id) — Kelompok militan Islamic State (ISIS) dilaporkan telah memperluas wilayahnya di Mali hingga hampir dua kali lipat dalam kurun kurang dari setahun terakhir. Hal tersebut termuat dalam laporan panel pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dirilis belakangan ini.
Selain ISIS, kelompok yang terkait Al Qaeda juga dilaporkan memanfaatkan situasi macetnya konflik Mali untuk menguatkan diri.
Dilansir Associated Press (26/8/2023). Pakar PBB memperingatkan bahwa ISIS dan Al Qaeda kemungkinan “mengulang skenario 2012” saat kelompok militan memberontak dan mendirikan negara Islam di utara Mali.
Mali, negara di Afrika Barat yang dilanda konflik bersenjata sejak 2012, menghadapi situasi keamanan runyam beberapa tahun belakangan. Implementasi perjanjian damai yang diteken kelompok-kelompok bersenjata Mali pada 2015 macet dan serangan ke komunitas sipil terus berlanjut.
Pakar PBB memperingatkan bahwa klausul perjanjian damai yang urung dipenuhi, yakni pelucutan senjata, demobilisasi, dan reintegrasi kombatan ke masyarakat dimanfaatkan kelompok Jama’a Nusrat ul-Islam wa al-Muslimin (JNIM) untuk mencoba menguasai utara mali.
Pasalnya, kelompok-kelompok bersenjata di kawasan Greater Sahara “terlihat lemah dan tidak bisa diandalkan sebagai penjamin keamanan” bagi masyarakat yang menjadi target kombatan ISIS di kawasan tersebut.
Junta militer Mali, berkuasa sejak 2021, disebut sekadar memantau konfrontasi antara ISIS dengan kelompok yang terafiliasi Al-Qaeda. Sejumlah sumber menyebut junta meyakini bahwa pertempuran kedua kelompok itu akan menguntungkan militer Mali.
Akan tetapi, panel pakar PBB menyebut waktu yang ada akan menguntungkan kelompok militan. Pasalnya, kelompok militan punya “kapasitas militer dan penetrasi komunitas yang meningkat setiap hari.”
Situasi keamanan juga disebut semakin runyam usai junta Mali mengusir 15.000 pasukan perdamaian PBB yang sedekade belakangan menghadapi kelompok militan di Mali.
Pasukan perdamaian PBB disebut “memainkan peran krusial” memfasiliasi perundingan antara pihak-pihak yang berkonflik. Kelompok-kelompok bersenjata di Mali pun kini disebut masih memperebutkan wilayah-wilayah di utara Mali, termasuk organisasi kriminal yang berebut jalur penyelundupan narkoba.
“Mali masih menjadi titik utama perdagangan narkoba di Afrika Barat dan di antara negara-negara pesisir di Teluk Guinea dan Afrika Utara,” demikian tulis laporan pakar PBB . (hanoum/arrahmah.id)