KABUL (Arrahmah.com) – Seorang pejabat kesehatan senior Afghanistan kepada BBC (27/8/2021) mengatakan dua ledakan di bandar udara Kabul “menewaskan setidaknya 60 orang, 140 lainnya luka-luka”.
Pejabat militer Amerika Serikat (AS) mengatakan 12 tentara mereka tewas dan puluhan lainnya terluka dalam insiden ini.
Ledakan pertama meletus di Gerbang Abbey, tempat pasukan AS dan Inggris bertugas melakukan evakuasi. Sedangkan ledakan kedua terjadi di satu hotel di dekatnya.
“Saya bisa mengatakan, telah terjadi serangan teroris yang barbar di Kabul, di kompleks bandar udara, atau di keramaian di bandara, di mana, anggota militer AS menjadi korban,” ujar Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, dalam unggahan di Twitter mengatakan pihaknya dengan keras mengecam ledakan ganda di area yang dikontrol oleh militer AS.
“Kami mengutuk pengeboman di bandar udara Kabul,” kata Mujahid.
Ia menambahkan ledakan terjadi di “area yang tanggung jawab keamanannya ada di tangan militer AS”.
Juru bicara sekjen PBB Antonio Guterres juga mengtutuk atas insiden yang ia gambarkan sebagai “serangan teroris yang menewaskan dan menyebabkan luka-luka tentara AS di Kabul, kata juru bicara Guterres.
“Insiden ini menggarisbawahi situasi di lapangan yang tidak menentu, tapi juga menguatkan keinginan kami untuk melanjutkan bantuan di seluruh negeri bagi rakyat Afghanistan,” kata juru bicara sekjen PBB, Stephane Dujarric, kepada para wartawan.
Saat ini masih ada puluhan ribu warga Afghanistan di bandara dan berupaya meninggalkan negara itu setelah Taliban berkuasa.
Media Afghanistan, Tolo, melaporkan sejumlah orang yang terluka telah diangkut ke rumah sakit dengan kereta dorong.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa ledakan itu disebabkan oleh pembom bunuh diri.
Anggota kelompok militan Islamic State (ISIS) bernama Abdul Rahman Al Loghari mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang menurut Amaq News Agency berhasil menewaskan 160 tentara AS. (hanoum/arrahmah.com)