SANA’A (Arrahmah.com) – Hampir 17 juta orang mengalami kelaparan di Yaman yang dilanda perang saat ummat Islam di seluruh dunia merayakan bulan suci Ramadhan.
PBB menggambarkan situasi di negara tersebut sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia.
Pada saat yang sama, lebih dari dua juta anak menderita kekurangan gizi di negara tersebut, dan seorang anak di bawah usia lima tahun meninggal setiap 10 menit karena penyakit, menurut laporan UNICEF seperti dilansir Daily Sabah pada Senin
(29/5/2017).
Selain itu, negara ini menghadapi wabah kolera dengan lebih dari 29.000 orang terinfeksi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Muslim di Yaman, termasuk penduduk Hodeidah, sebuah kota di pesisir barat, menjalani Ramadhan ketiga mereka di bawah bayang-bayang perang.
“Orang-orang dari Hodeidah hidup dalam situasi yang tragis. Ramadhan tiba saat orang-orang sangat menderita karena gaji yang tidak dibayar, tidak ada listrik, tidak ada air dengan cuaca panas dan blokade karena perang yang berlangsung di Yaman,” ujar pekerja amal Sadeq Al Saeedi mengatakan kepada Al Jazeera.
Yaman mulai bergolak pada 2014, ketika kelompok milisi Syiah Houtsi dan pasukan sekutunya, unit militer yang setia kepada mantan diktator Yaman, Ali Abdullah saleh, menduduki ibukota Sana’a dan beberapa wilayah Yaman lainnya untuk merebut kekuasaan.
Konflik meningkat setahun kemudian ketika Arab Saudi dan sekutunya meluncurkan kampanye militer yang bertujuan untuk memerangi Houtsi dan mengembalikan kekuasaan kepada pemerintah pimpinan AbdRabbu Mansour Hadi.
Menurut PBB, 11,3 persen penduduk Yaman telah dipaksa untuk mengungsi karena konflik tersebut. (haninmazaya/arrahmah.com)