KABUL (Arrahmah.com) – Kehadiran militer Belanda di Afghanistan hampir bisa dipastikan berakhir tahun depan. Mitra koalisi Partai Buruh dan ChristenUnie akan memblokir setiap upaya yang dilakukan untuk memperpanjang misi.
Sikap tiba-tiba yang diberikan oelh mitra koalisi Partai Buruh dan ChristenUnie itu ditangguhkan pada Rabu (30/9) larut malam pada akhir sebuah perdebatan di parlemen mengenai partisipasi Belanda dalam misi NATO di Afghanistan.
Perdana Menteri Jan Peter Balkenende dari Kristen Demokrat telah datang ke parlemen bersama-sama dengan menteri luar negeri, Maxime Verhagen dari Partai Buruh, dan menteri pertahanan Eimert van Middelkoop, dari ChristenUnie, untuk menjelaskan posisi pemerintah tentang Afghanistan.
Belanda saat ini memiliki sekitar 1.450 pasukan di provinsi Uruzgan, Afghanistan. Kebingungan mengenai masa depan misi mereka di Uruzgan ini meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Belanda bergabung dalam misi NATO di Afghanistan pada tahun 2006 hanya untuk dua tahun operasi. Ketika misi itu diperpanjang untuk dua tahun selanjutnya pemerintah mengatakan pasukan Belanda pasti akan keluar dari Afghanistan pada akhir 2010.
Tetapi menteri luar negeri, Verhagen, menyarankan minggu lalu di New York untuk melakukan perpanjangan misi Uruzgan jika masih ada kemungkinan. Verhagen bertanya-tanya apakah “Belanda hanya bisa melemparkan tanggung jawab” di Uruzgan.
Negara-negara lain mengambil bagian dalam misi ISAF di Uruzgan, termasuk Amerika Serikat, telah melobi Belanda untuk tinggal lebih lama di Uruzgan, untuk peran yang berbeda.
Tapi sekarang ChristenUnie dan Buruh mengatakan mereka ingin berpegang pada keputusan pemerintah yang dikatakan dua tahun yang lalu.
Menteri Luar Negeri Verhagen mendesak parlemen untuk tetap terbuka, dan memperingatkan bahwa keluarnya Belanda dari Afghanistan bisa memberikan efek bola salju bagi negara-negara lain yang berpartisipasi dalam misi Uruzgan. (althaf/abc/ansar/arrahmah.com)