JAKARTA (Arrahmah.com) – Mau tahu revolusi mentalnya Jokowi untuk para pendukungnya di Monas tadi malam Senin (20/10/2014). Redaksi merangkum pantauan Republika online yang diposting Selasa dini hari (21/10/2014).
Pertama, Konser dugem yang diiringi DJ dan padu-padan gemerlap lampu menambah semangat peserta konser untuk berjoget. Lampu berkedap-kedip dengan suara musik yang sangat kencang membuat semua orang semakin bersemangat.
Anis Matta menyayangkan aktivitas tersebut. Dia mempertanyakan makna dibalik semua rangkaian acara Perayaan Pelantikan. “Apa makna dibalik semua ini?’ katanya. Hal ini pun sejalan dengan puisi yang disampaikan Taufiq Ismail, “Bukan Indonesia Hebat yang didapat, tapi Indonesia Laknat”.
Kedua, pesta minuman alkohol (khmar). Konser Salam 3 Jari memang sudah usai, tapi bagi sebagian penonton, rupaya pesta baru saja dimulai. Banyak penonton konser yang lanjut menghabiskan malam di sekitar stasiun Gambir. Dua minimarket yang ada pun dipenuhi pembeli. Banyak yang membeli minuman kaleng beralkohol berwana biru. Para remaja tanggung pun termasuk dalam jajaran pembeli minuman tersebut. Tidak ada satu pun petugas yang berjaga untuk memeriksa identitas para pembeli minuman beralkohol tersebut. Asli revolus mental.
Ketiga, merusak fasilitas umum dan taman kota. Acara ini pun membawa dampak kurang baik bagi lingkungan sekitar. Karena ulah peserta konser yang tidak bertanggung jawab, beberapa area hijau monas pun rusak. “Banyak pohon palm yang rusak, sampah di buang dimana aja, trus rumput diinjak-injak”, ungkap Wawan Sulaeman (24), yang juga mengunjungi Konser Tiga Jari. Menurutnya banyak fasilitas publik yang bisa rusak juga karena ulah orang-orang tersebut.
Kempat, hura-hura. Megahnya acara ini membuat warga bertanya-tanya, mengapa hura-hura di hari pertama. Rohman (60) salah seorang warga Petamburan Jakarta Pusat berkata, “Ini kan baru hari pertama, untuk apa hura-hura”, Senin (20/10).
Beberapa warga pun menyayangkan perhelatan ini. Sebab mereka menilai sejumlah dana yang digunakan untuk rangkaian acara pelantikan dapat digunakan untuk kepentingan rakyat lainnya.
“Hari pertama sudah bikin pesta besar. Belum juga kerja”, ungkap Oci (23) salah seorang warga Bandung. Begitupun dengan Safitri (28) yang lebih memilih tidak mengikuti pesta presiden.
“Maaf saya tidak ikut pesta di Monas. Bukan tidak suka pada Presiden baru. Tapi untuk apa saya ikut pesta, toh Jokowi saja belum memperlihatkan kinerjanya”, tutur Fitri. (azm/arrahmah.com)