KHARTOUM (Arrahmah.id) – Khartoum diguncang oleh penembakan lebih lanjut pada Jumat (21/4/2023) setelah beberapa pemimpin internasional menelepon panglima angkatan darat Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, mendesaknya untuk menyetujui gencatan senjata sehubungan dengan hari raya Idulfitri.
Di antara mereka yang menelepon panglima militer adalah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken, menteri luar negeri Arab Saudi dan Qatar, serta kepala intelijen Mesir, menurut pernyataan militer.
Ribuan warga sipil telah melarikan diri dari ibu kota Sudan sejak perebutan kekuasaan dengan kekerasan terjadi akhir pekan lalu antara tentara dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF), di bawah pimpinan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, pemimpin yang sebelumnya bersekutu dalam pemerintahan militer Sudan yang berkuasa. Sejumlah besar orang juga menyeberang ke Chad untuk melarikan diri dari pertempuran di wilayah barat Darfur, lansir Al Jazeera.
Idulfitri, yang menandai berakhirnya bulan puasa bagi umat Muslim, akan dimulai pada Jumat di Sudan.
“Masih terjadi bentrokan antara pasukan tentara dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF), yang mengakibatkan bangunan, fasilitas dan properti publik hancur,” kantor berita Reuters mengutip pernyataan komite dokter.
RSF mengeluarkan sebuah pernyataan yang tidak menyebutkan kemungkinan gencatan senjata dan mengutuk militer atas apa yang mereka katakan sebagai serangan-serangan baru.
“Pada saat ini, ketika warga bersiap-siap untuk menyambut hari pertama Idulfitri, lingkungan di Khartoum terbangun oleh pengeboman pesawat terbang dan artileri berat dalam sebuah serangan besar-besaran yang secara langsung menargetkan lingkungan pemukiman,” kata RSF pada Jumat pagi.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres termasuk di antara mereka yang memimpin seruan agar faksi-faksi yang bertikai di Sudan melakukan gencatan senjata selama tiga hari selama Idulfitri agar warga sipil dapat mencapai tempat yang aman.
Sedikitnya 350 orang telah terbunuh dalam pertempuran sejauh ini.
Sebuah kelompok dokter secara terpisah mengatakan sedikitnya 26 orang tewas dan 33 lainnya luka-luka di El-Obeid, sebuah kota di sebelah barat Khartoum, pada Kamis. Para saksi mata di sana menggambarkan bentrokan antara tentara dan pasukan RSF dan penjarahan yang meluas.
AS mengatakan akan mengirimkan lebih banyak pasukan ke wilayah tersebut jika mereka memutuskan untuk mengevakuasi kedutaan besarnya di Khartoum.
Pertempuran paling sengit antara tentara dan RSF terjadi di sekitar Khartoum -salah satu wilayah perkotaan terbesar di Afrika- dan di Darfur, yang masih dilanda konflik berkepanjangan yang berakhir tiga tahun lalu.
Guterres, berbicara kepada para wartawan setelah bertemu secara virtual dengan para kepala Uni Afrika, Liga Arab dan organisasi lainnya, mengatakan, “Ada konsensus yang kuat untuk mengutuk pertempuran yang sedang berlangsung di Sudan dan menyerukan penghentian permusuhan sebagai prioritas utama.”
Warga sipil yang terperangkap di zona konflik harus diizinkan untuk melarikan diri dan mencari perawatan medis, makanan, dan pasokan lainnya, katanya. (haninmazaya/arrahmah.id)