ABU DHABI (Arrahmah.com) – Uni Emirat Arab (UEA) telah menandatangani kesepakatan senjata senilai $ 1,3 miliar dengan perusahaan lokal dan internasional pada hari pembukaan pameran senjata di Abu Dhabi kemarin (17/2/2018).
Negara Teluk, yang bersama Arab Saudi telah terlibat dalam perang yang menghancurkan di Yaman selama hampir empat tahun, mengumumkan 33 kesepakatan pada Minggu (17/2), termasuk kesepakatan 355 juta dolar dengan Raytheon untuk menyediakan rudal Patriot dari permukaan ke udara.
Kelompok Houtsi Yaman telah berulang kali menembakkan rudal balistik ke Arab Saudi, dan juga mengklaim serangan terhadap UEA.
Pada November 2017, para pemberontak mengatakan mereka menembakkan rudal ke sebuah pabrik nuklir di Abu Dhabi, ibukota UEA, sementara pada bulan Agustus, mereka mengklaim telah menyerang bandara Dubai dengan drone bersenjata.
Kedua tuduhan itu dibantah oleh UEA.
Kesepakatan lain di Pameran Pertahanan Internasional di Abu Dhabi (IDEX) termasuk dengan perusahaan Australia EOS Defense yang dianugerahi kontrak $ 316 juta untuk menyediakan sistem darat dan laut, sementara kontrak yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan UEA berjumlah sekitar $ 300 juta.
Selain itu, Lockheed Martin berharap Uni Emirat Arab akan menjadi pelanggan pertama untuk Sistem Pertahanan Udara Falcon, yang diluncurkan oleh kontraktor pertahanan di Pameran dan Konferensi Pertahanan Internasional (IDEX) pada hari Senin.
Sistem rudal terbaru adalah proyek bersama yang melibatkan Lockheed Martin, Saab dan Diehl Defense, dan dikembangkan sebagai tanggapan atas permintaan UEA untuk mengganti Hawk Air Defense System, kata seorang eksekutif Lockheed.
UEA memasuki perang Yaman pada Maret 2015 bersama Arab Saudi dan sejumlah negara Arab lainnya. Negara-negara itu mengklaim bahwa mereka ingin memulihkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi setelah perang saudara pecah antara para pendukungnya dan mereka yang setia kepada Houtsi.
Sejak itu, serangan udara Saudi telah menghantam pasar dan rumah sakit, menewaskan ribuan orang, sementara UEA sebagian besar telah menangani operasi darat dalam konflik tersebut.
Kelompok hak asasi Amnesti Internasional mengkritik pameran senjata setelah senapan mesin Minimi Belgia FN Herstal 5,56 mm diiklankan untuk dijual. Senjata itu terlihat di tangan kelompok bersenjata yang selaras dengan Emirat.
“Pembantaian yang berkelanjutan terhadap warga sipil di Yaman – termasuk di tangan Arab Saudi dan koalisi pimpinan UEA dan milisi yang didukungnya – harus harus diseriusi oleh bagi semua negara yang memasok senjata,” Patrick Wilcken, Peneliti Senjata dan Peneliti Hak Asasi Manusia di Amnesti mengatakan dalam sebuah pernyataan.
“Ini memunculkan kepercayaan bahwa mereka akan terus memasarkan dan menjual persenjataan canggih senilai miliaran dolar kepada angkatan bersenjata yang melakukan kejahatan perang dan memperburuk krisis kemanusiaan terburuk di dunia”.
Perang di Yaman telah mendorong negara termiskin di dunia Arab itu ke ambang kelaparan dan telah menewaskan sekitar 60.000 orang.
Menurut badan amal Save the Children, diperkirakan 85.000 anak-anak mungkin mati kelaparan selama empat tahun terakhir perang. (Althaf/arrahmah.com)