GAZA (Arrahmah.com) – “Israel” merilis sebuah laporan pada Ahad (3/2/2019) yang bertujuan untuk mengungkapkan “hubungan dekat” antara “Israel” dengan gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS), sebuah gerakan perlawanan Palestina milik Hamas dan Front Pembebasan Palestina (PFLP). BDS mengecam laporan itu dan mengungkapkan bahwa laporan tersebut palsu.
“Laporan itu adalah bentuk propaganda yang dibuat-buat dan dipalsukan secara sengaja pemerintah sayap kanan ‘Israel’. Hal ini tidak dapat diterima, apapun alasannya,” ungkap perwakilan BDS, sebagaimana dilansir Daily Sabah.
Sebagian besar kasus yang tertuang dalam laporan setebal 80 halaman itu didasarkan pada tuduhan simpati yang tidak jelas atau ungkapan simpati terhadap kelompok-kelompok militan, bahkan beberapa kasus yang tertulis terkait dengan tindakan yang telah terjadi bertahun-tahun yang lalu.
Contohnya seorang anggota parlemen perempuan Palestina yang dikutip dalam laporan itu, misalnya, telah dipenjara oleh “Israel” selama lebih dari setahun tanpa ada dakwaan mengenai kejahatan yang telah dilakukannya.
Contoh lainnya adalah seseorang anggota PFLP, Leila Khaled yang dihukum karena terlibat dalam pembajakan pesawat pada tahun 1969 dan 1970, dia dipenjara selama beberapa hari di Inggris dan dibebaskan dalam pertukaran tahanan. Kini Leila telah berusia 74 tahun.
Gerakan BDS telah tumbuh dan mendapatkan dukungan dari pihak internasional dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar karena pesan anti-kekerasan dan seruan HAM yang disampaikan BDS.
Kementerian Urusan Strategis “Israel”, yang menjadi pelopor terbitnya laporan tersebut, mengatakan pihaknya telah menjalin hubungan yang luas antara kelompok pro-boikot dan aktivis yang berafiliasi dengan Hamas dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina. (Rafa/arrahmah.com)