PALEMBANG (Arrahmah.com) – Lajnah Fa’aliyyah Muslimah HTI Palembang mengadakan dialog tokoh muslimah dengan tema “BBM Naik Lagi? Rakyat Semakin Susah, Siapa Yang Senang?”, Sabtu (27/9/2014).
Menilik isu yang terjadi saat ini mengenai kenaikkan BBM, Tuti Handayani-perwakilan Dinas Pertambangan-mengatakan bahwa Sumatera Selatan merupakan kota lumbung energi nasional, semakin menipisnya persedian minyak bumi membuat pemerintah mengalihkan penggunaannya ke gas.
Mengutip laporan HTI Press, Alisia-Marketing Operation Pertamina Region II mengatakan bahwa besarnya biaya produksi serta pendistribusian BBM yang cukup besar menjadi kendala tersendiri bagi Pertamina.
Saat ini Pertamina merupakan perusahaan yang bertugas hanya mengambil minyak dari perut bumi, tambahnya.
Adanya logika yang dibangun oleh pemeritah dengan alasan bahwa subsidi tak tepat sasaran hanyalah akalan-akalan pemerintah, mengapa? Karena berdasarkan data Susenas 2010 yang dilakukan Badan Pusat Statistik, 65 persen BBM bersubsidi dikonsumsi oleh kalangan menengah bawah dengan pengeluaran perkapita di bawah 4 dolar AS dan kalangan miskin dengan pengeluaran perkapita di bawah 2 dolar AS. Lalu 27 persen digunakan kalangan menengah, 6 persen kalangan menengah atas dan hanya 2 persen kalangan kaya, maka berdasarkan data tersebut kita bisa mengetahui siapa yg menggunakan BBM bersubsidi.
Tak hanya itu, alasan APBN selalu jebol pun menjadi salah satu jurus pamungkas pemerintah untuk memangkas subsidi BBM namun nyata? Justru pemerintah para kapital dengan program Tax Holiday, lihatlah! Lumpur lapindo yang seharusnya menjadi tanggung jawab PT Lapindo Brantas malah ganti-rugi kerusakan diambil oleh pemerintah, ungkap Melyza Fitri PS (Mahasiswi Pascasarjana UNSRI).
Adanya aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang (UU No 22 Tahun 2002) membuat para kapital melenggang bebas untuk menguasai kekayaan alam Indonesia, selain itu kenaikkan BBM memberikan efek ganda bagi masyarakat dimana hal itu akan berdampak langsung pada rakyat. Seperti ketika BBM naik maka akan terjadi inflasi sehingga jumlah orang miskin akan semakin bertambah, pengangguran akan bertambah, biaya pendidikan serta kesehatan akan naik dan selain itu membuat harga-harga kebutuhan hidup naik, ujar Diana Wijayanti, S.P. (Aktifis Muslimah HTI Palembang).
Disisi lain Islam melarang para penguasa untuk menjual barang-barang yang merupakan milik umat, dimana salah satunya adalah energi. Sebagaimana Rasulullah bersabda “Kaum muslim berserikat dalam tiga hal yaitu air, api dan padang gembalaan” Karena pada dasarnya semua yang ada di bumi itu milik Allah dan Allah juga yang mengatur hal kepemilikan umum yang meliputi ketiga hal diatas.
Kepemilikan umum tidak boleh dimiliki oleh perusahaan swasta maupun asing. ungkap Ema Sofiana Wahab, M.Pd.I (Anggota Lajnah Fa’aliyyah Muslimah HTI Palembang). Sedangkan Esudarti Adila, S.P. (Ketua DPD II Muslimah HTI Palembang) mengatakan bahwa sudah saatnya kita kembali kepada aturan-aturan Allah dalam naungan Khilafah termasuk dalam dalam bidang energi karena Islam itu paripurna. Antusias para peserta pun tetap terjaga hingga akhir acara.
Dialog ini dihadiri oleh kurang lebih 50 peserta yang berasal dari berbagai kalangan antara lain: intelektual pascasarjana UNSRI, Komisaioner KPI –Komisi Penyiaran Indonesia-Sumatera Selatan, Dinas Pertambangan, Marketing Operation Pertamina Region II, dan lain-lain. Dialong tokoh yang diadakan tiap bulannya ini bertempat di Ballroom Hotel Besk Skip Palembang, dani dipandu oleh. Syafrida Syafruddin, S.H. (Ketua DPD I Muslimah HTI Sumsel). (azm/arrahmah.com)