DAMASKUS (Arrahmah.com) – Ulama besar Suriah yang selama ini dikenal sangat loyal kepada rezim jagal Bashar Asad, Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, tewas pada Kamis (21/3/2013) malam setelah sebuah bom menghantam dekat masjid Al-Iman, kawasan Mazra’ah, ibukota Damaskus, tempat Syaikh al-Buthi menyampaikan pelajaran.
Televisi pemerintah Nushairiyah Suriah pada Kamis malam pukul 19.03 pada awalnya memberitakan tembakan artileri “teroris” keliru menghantam masjid tempat ulama loyalis Asad, al-Buthi, mengajar.
Berita itu kemudian diralat dan diberitakan ulang oleh televisi pemerintah Nushairiyah dengan versi baru, pada Kamis malam pukul 19.18, dinyatakan pihak pejuang revolusi melakukan bom bunuh diri di masjid Al-Iman sehingga menewaskan Syaikh al-Buthi dan sekitar 20 orang lainnya.
Berita versi televisi pemerintah jagal Nushairiyah itu diragukan kebenarannya oleh rakyat muslim Suriah. Televisi nasional yang gencar memutarbalikkan fakta demi membela rezim Nushairiyah itu telah terkenal dengan berita-berita palsunya.
Situs “Revolusi Suriah melawan Shabih al-Buthi” menulis pada Kamis malam, “Breaking news: Ketua ikatan ulama Bashar yang terkutuk, Al-Buthi, terbunuh dalam sebuah ledakan di tengah kota Damaskus. Televisi Suriah menerangkan bahwa ledakan terjadi di dekat Masjid Jami’ Al-Iman, kawasan Mazra’ah, ibukota Damaskus pada Kamis malam, 21 Maret. Ledakan itu menewaskan 20 orang, termasuk al-Buthi.”
“Beredar luas berita-berita tentang kegembiraan penduduk dan para pejuang revolusi dengan tewasnya (al-Buthi) pembela rezim jagal ini, tanpa memandang pihak mana yang bertanggung jawab atas tewasnya (al-Buthi).”
Lebih lanjut situs “Revolusi Suriah melawan Shabih al-Buthi” menulis: “Beredar berita seputar kematian al-Buthi di media massa rezim Asad Ba’ats Nushairiyah, di mana berita pada awalnya menyebutkan tembakan artileri oleh pasukan Bashar yang mengenai masjid. Namun kini berubah menjadi berita ledakan bom bunuh diri. (Perubahan berita terjadi) setelah mereka memastikan kawan dekat mereka tewas, al-Buthi. Hal itu agar mereka bisa memulai fase baru “menjualbelikan” darahnya setelah ia mati, setelah mereka mencukupkan diri dengan “menjualbelikan” fatwa-fatwanya selama 40 tahun masa ia hidup di antara mereka.”
Situs itu mengakhiri komentarnya dengan menulis: “Rezim yang hina, penjagal, membunuhi anak-anak, menghancurkan masjid-masjid dengan rudal-rudal dan menodai kehormatan rakyat, tentu tidak heran jika membunuh kawan-kawan dekatnya sendiri untuk mencampurbaurkan ‘catatan-catatan kertas’ dan mempermainkan perasaan-perasaan yang kosong.”
Perubahan berita yang disampaikan oleh stasiun TV rezim Nushairiyah Suriah ini menimbulkan tanda tanya besar di kalangan rakyat. Benarkah pembunuhan itu didalangi sendiri oleh Bashar Asad untuk bisa menarik simpati internasional dan menuduh mujahidin Islam Suriah sebagai pelaku serangan? (muhibalmajdi/arrahmah.com)