KOPENHAGEN (Arrahmah.com) – Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Denmark telah menimpakan tuduhan terorisme pada warganya yang perempuan. Seorang remaja perempuan berusia 16 tahun yang baru masuk Islam diklaim bermaksud untuk meledakkan sebuah sekolah Yahudi bersejarah di Denmark, Sputnik melaporkan pada Senin (13/2/2017).
Gadis muslimah itu ditangkap pada Januari 2016 karena dituding memiliki bahan peledak. Kemudian muncul laporan bahwa bahan peledak jenis TATP (yang juga dikenal sebagai aseton peroksida dan digunakan dalam serangan Paris November 2015) itu rencananya akan digunakan dalam serangan terhadap dua sekolah di Denmark, seperti dilansir Danish Radio.
Karena sifat kasusnya yang lemah dan banyak informasi yang sensitif, banyak data dalam “kasus Kundby” (nama tempat gadis itu ditangkap) telah disembunyikan dari publik. Persidangan sendiri diadakan di balik pintu (tertutup).
Sementara itu, Jumat lalu (10/2), Kejaksaan Kopenhagen mengumumkan bahwa gadis 16 tahun itu telah didakwa dengan serangan teror bom yang dituding akan dilakukan di sekolah Yahudi swasta Carolineskolen di Kopenhagen bersama-sama dengan sekolahnya sendiri, Sydskolen di Farevejle.
Muslimah tersebut dituding tengah ada dalam persiapan untuk membuat bom. Dia juga dituding merencanakan tes ledakan, yang semakin kuat mendasari pengadilan menimpakan tuduhan terorisme. Sidang akan dimulai pada April, dan ia harus menghadapi minimal empat tahun hukuman penjara.
“Kasus ini terkait dengan apa yang kita lawan. Penyakit jihad dan ekstremisme adalah sesuatu yang bisa menyerang siapa saja,” klaim juru bicara Partai Konservatif dan kritikus terkenal Islam radikal, Naser Khader, yang baru-baru ini menjadi berita utama setelah mengaku kerabat perempuannya berbaiat pada Daesh (ISIS/ISIL), lansir Danish Radio.
“Seorang gadis dengan latar belakang Viking (asli Skandinavia), yang tidak tinggal di daerah ghetto (sebutan untuk daerah kumuh), telah direkrut untuk melaksanakan aksi terorisme. Ini semua sangat serius,” tambahnya.
Dalam pengumuman yang sama yang dikeluarkan oleh Kantor Kejaksaan, seorang pria 25 tahun yang sebelumnya telah ditangkap sehubungan dengan kasus ini dirilis tanpa denda apapun, meski ia telah dilaporkan berjuang di Suriah dan sebelumnya digambarkan sebagai “teman” dari gadis itu.
Gadis, yang hanya berusia 15 tahun pada saat penangkapannya, digambarkan sebagai seorang mualaf baru. Salah satu tetangganya mengatakan kepada tabloid Denmark, BT, bahwa ia bercita-cita untuk mengajak kawan-kawannya pada Islam.
Menurut stasiun televisi Denmark, TV2, profil gadis itu di media sosial menunjukkan bahwa ia adalah anggota grup Facebook Hizbut Tahrir Denmark. Sebelumnya, Hizbut Tahrir, yang telah menjadi titik fokus karena banyak kontroversi, dilarang untuk menggunakan sejumlah tempat di Kopengagen untuk aktivitasnya.
Carolineskolen adalah sebuah sekolah Yahudi swasta di Kopenhagen, di mana selain kurikulum biasa, siswa juga menerima instruksi dalam bahasa Ibrani. Sekolah ini didirikan pada 1802 dan menjadi salah satu sekolah tertua Yahudi di dunia. Sebelumnya, sekolah ini telah berulang kali menjadi sasaran anti-Semit. (althaf/arrahmah.com)