ALJAZAIR (Arrahmah.com) – Perancis dan Amerika Serikat terus menekan Aljazair untuk mendukung intervensi militer di Mali, di mana Mujahidin telah mengambil kendali beberapa wilayah di Mali utara.
“Intervensi di Utara Mali mungkin terjadi tanpa dukungan militer Aljazair tapi tidak tanpa lampu hijau mereka,” ujar Pierre Boilley, kepala Pusat Studi Afrika, pada Minggu (28/10/2012) seperti yang dilaporkan Al Jazeera.
Aljazair memiliki kekuatan militer terbesar di wilayah ini di mana mereka telah berurusan dengan para pemimpin Islam Mali selama bertahun-tahun.
Para pejabat AS pada Minggu (28/10) juga menyerukan keterlibatan regional yang lebih besar.
“Kami mendorong kerjasama dengan negara-negara di kawasan dalam menghadapi ancaman ‘terorisme’,” ujar Johnnie Carson, Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Biro Afrika kepada AFP.
“Kami mendorong kerjasama, komunikasi dengan gagasan bahwa ‘teroris’ tidak mengenal batas internasional….itu adalah kunci keberhasilan,” klaimnya.
“Banyak negara di kawasan itu termasuk Aljazair dan beberapa pengamat berpikir bahwa negosiasi dapat dilakukan dengan Ansar al-Din. Mari kita lihat,” ujar Jean Felix Paganon, Duta Perancis untuk Sahel.
Pejabat Perancis membahas krisisi yang membagi Mali menjadi dua bagian sejak Maret lalu.
Di mana wilayah utara telah dikuasai oleh Mujahidin dan mereka telah menerapkan syariat Islam di sana. Negara-negara Barat menganggap apa yang dilakukan Mujahidin sangat “berbahaya” sehingga mereka terus mendesak diluncurkannya intervensi militer untuk merebut kembali wilayah yang telah dikuasai oleh Mujahidin. (haninmazaya/arrahmah.com)