BURMA (Arrahmah.com) – Barat telah buta terhadap penderitaan Muslim Rohingya di Myanmar (Burma) untuk menjaga kepentingan ekonominya di negara Asia, menurut seorang analis politik.
Bagi kaum Muslimin, harapan bukan tertumpu pada negara-negara Barat, hanya saja para analis merasa perlu menyindir Barat disebabkan mereka adalah orang-orang yang paling vokal mengusung ‘Hak Asasi Manusia’ dan demokrasi.
“Orang-orang Rohingya saat ini sedang berada dalam episode yang paling bengis dalam sejarah mereka, dan penderitaan mereka adalah salah satu masalah yang paling mendesak di mana saja di dunia ini,” tulis Ramzy Baroud, dalam artikelnya yang dipublikasikan Presstv, Senin (16/7/2012).
“Namun penderitaan mereka, nampaknya absen dari prioritas internasional dan regional,” kata Baroud.
Baroud beranggapan bahwa diamnya dunia Barat atas tragedi berdarah yang menimpa Muslim Rohingya datang seiring “perusahaan-perusahaan Barat melompat ke Myanmar (dalam upaya) untuk mengimbangi pengaruh Cina atas ekonomi Myanmar,” tambah Baroud.
Sementara itu, icon demokrasi Myanmar Ang San Suu Kyi hingga kini masih diam, menutup mata dan telinga atas kekerasan terhadap Muslim yang terjadi di negaranya. Ironisnya, dia mendapatkan noble perdamaian di Oslo pada saat kekejaman terhadap Muslim Rohignya sedang berlangsung di Arakan.
Sementara itu, Baroud juga menyindir media-media mainstream yang cenderung tenang terkait isu pembantaian Muslim Rohingya oleh etnis Buddha Rakhine dan pasukan ‘keamanan’ Burma, yang memiliki dukungan penuh dari pemerintahan Burma, mereka terlihat tidak peduli terhadap penderitaan Muslim yang sedang berlangsung. (siraaj/arrahmah.com)