BEKASI (Arrahmah.com) – Konflik antara Muslim dan Kristen, terjadi dalam satu dekade belakangan ini di Ambon yang telah mengalami huru-hara sebanyak tiga kali. Diantaranya tahun 1999, 2004, dan terakhir pada tragedi berdarah yang berlangsung tanggal 11 September lalu.
Pasca kerusuhan masih banyak para pengungsi yang memilih bertahan di pengungsian meskipun dalam keadaan serba kekurangan dan terbatas.
Dalam acara Tablikgh Akbar Solidaritas Terhadap Muslim Ambon: Mengungkap Data dan Fakta Pembantaian Nasrani Terhadap Muslim Ambon, di Mesjid Muhammad Ramadhan, Bekasi, Ahad (2/10/2011), Ahmad Widad seorang wartawan voa-Islam.com yang turun langsung melihat kondisi pengungsi mengungkapkan bahwa kondisi memprihantinkan yang dialami pengungsi sama sekali tidak mendapat perhatian dari pemerintah.
Bahkan pemerintah terkesan menutup-nutupi kondisi Ambon agar tidak berkembang menjadi isu nasional.
“Menurut salah sebuah sumber di HMI Ambon. Pemerintah tidak terlihat ingin melokalisir posko pengungsi agar tidak terlihat besar.” Paparnya.
Para pengungsi selalu disuruh kembali pulang ke rumah oleh pemerintah. “Mereka mau pulang kemana? Rumah mereka habis terbakar,” tanya Widad.
Selain tidak memiliki rumah, alasan warga enggan balik ke kampung masing-masing dikarenakan trauma yang masih menghantui para pengungsi. Mereka masih dibayangi memori pembantaian saat kejadian. Padahal di saat kejadian tidak jauh dari kampung Waringin (yang dibakar masa salibis, red) ada mess TNI.
“Saat itu warga sudah berteriak-teriak minta tolong, namun mereka (Aparat TNI. red) tidak banyak bergerak.”
Parahnya, permintaan warga agar pihak pemerintah membuat pos keamanan di daerah konflik sampai saat ini juga belum digubris pemerintah. Dari tahun 1999 sampai sekarang, masyarakat sudah meminta agar dibangun pos kemanan untuk mencegah terjadinya kembali konflik antara muslim dan Kristen.
“Namun tidak ada realisasi,” tutur Widad yang sempat mewawancarai para warga terkait hal ini.
Sementara itu, Ustadz Abu Anis dari Front Anti Pemurtadan Bekasi, mengungkapkan kecewaannya terhadap pemberitaan media sekuler dan aparat berwenang yang tidak melaporkan kondisi Ambon apa adanya.
“Hari ini kita dibohongi, fakta-fakta Ambon ditutupi supaya tidak jadi isu nasional.” Ucapnya.
Selain mendengar pemaparan para pembicara, dalam acara tersebut para jama’ah mengumpulkan dana untuk saudara Muslim Ambon. Dari hasil pengumpulan dana tersebut, tercatat uang yang dikumpulkan para Jama’ah mencapai kurang lebih Rp. 35 Juta rupiah.
Karena minimnya bantuan untuk saudara seiman kita di Ambon pasca kerusuhan, maka untuk meringankan beban derita yang dialami muslim Ambon, pihak Voa-Islam.com menerima infaq dan sedekah umat muslim yang diantaranya digunakan untuk membantu:
1. Pembangunan masjid yang dibakar
2. Santunan anak yatim korban pembantaain
3. Renovasi 193 rumah yang dirusak non muslim
4. Bantuan pengungsi 1382 jiwa (736 KK)
5. Relawan & Kemanusiaan
Bantuan dana bisa disalurkan melalui Rekening
1. Bank Mandiri No. rek. 0060006012623 a/n Budi Haryanto.
2. Bank Syariah Mandiri No. rek. 0120043587 a/n. Budi Haryanto.
3. Bank BCA No. rek. 6310230497 a/n. Budi Haryanto.
Informasi & Konfirmasi:
0878.9787.0467
021-2640.1004
0813.2058.2868.
Semoga apapun yang kita lakukan untuk meringankan derita dankesedihan saudara kita, akan dinilai sebagai amal sholeh yang kelak akan memberatkan timbangan amal kebaikan kita. Wallohua’lam. (voaI/arrahmah.com)