KABUL (Arrahmah.com) – Jumlah bantuan internasional lebih dari biasanya ke Afganistan dihamburkan oleh agen bantuan Barat untuk pejabat mereka sendiri di negara yang dilanda konflik tersebut.
“Di Amerika Serikat, Inggris, dan negara lain, orang-orang bekerja dan pembayar pajak membayar uang yang nantinya konon akan digunakan untuk membangun jalan, bendungan, dan saluran listrik di Afghanistan,” kata Ramazan Bashardost, seorang anggota parlemen Afghanistan.
Bashardost menambahkan, “Tetapi ketika uang itu datang ke Afganistan, hal itu sia-sia bagi orang yang mempunyai mobil seharga 60.000 dolar dan orang-orang yang tinggal di rumah dengan biaya sewa 15.000 dolar per bulan. Uang-uang ini hanya akan habis di ongkos — 90% untuk logistik dan administrasi.
Pengeluaran tinggi lainnya adalah dalam membayar, melindungi dan mengakomodasi pejabat bantuan Barat yang ditugaskan untuk ‘menolong’ Afganistan. Itulah sebabnya mengapa Afghanistan, dalam versi PBB, ada di peringkat ke-174 dari 178 negara yang menghabiskan kekayaan negara-negara.
Semua distrik di ibukota Afghanistan, Kabul, telah diambil alih atau dibangun kembali untuk mengakomodasi orang-orang asing yang bekerja untuk lembaga bantuan.
“Saya hanya menyewa bangunan ini 30.000 dolar per bulan untuk organisasi. Memang mahal karena bangunan ini memiliki 24 kamar dengan kamar mandi yang nyaman dan pintu juga jendela yang anti peluru,” lata Torialai Bahadery, direktur Konsultan Properti Afghanistan.
Kejahatan agen bantuan dan kontraktor asing yang masing-masing harus disediakan kamar tidur yang sudah lengkap dengan kamar mandi ini terjadi meskipun 77 persen warga Afghanistan mempunyai masalah keterbatasan akses untuk mendapatkan air bersih.
Pada saat yang sama ketika kemiskinan ekstrim ini membuat para pemuda Afghanistan memilih berjuang bersama para mujahidin Taliban, konsultan asing di Kabul menerima gaji 250.000 hingga 500.000 dolar AS per tahun.
Derajat penghamburan uang bantuan di Afghanistan ini tentu saja menjadi masalah bagi pemerintah Afghanistan.
“Saya sedang di provinsi Badakhshan di utara Afghanistan yang memiliki populasi sebesar 830.000 jiwa, kebanyakan mereka menggantungkan diri pada pertanian,” kata Matt Waldman, pejabat Oxfam bagian kebijakan dan advokasi di Kabul.
“Hampir seluruh budget departemen pertanian, irigasi dan persediaan lokal, yang sangat penting bagi warga Badakhshan, hanya senilai 40.000 dolar. Jumlah ini sama dengan bayaran konsultan asing di Kabul beberapa bulan saja.”
Terbongkarnya fakta penyelewengan bantuan asing di Afghanistan ini muncul ketika negara tersebut sedang menghadapi situasi keamanan yang semakin memburuk akibat invasi AS yang terus-terusan mengirimkan pasukan tambahan untuk menghalangi perjuangan para mujahidin. Namun hal tersebut tidak pernah menyurutkan semangat jihad para mujahidin di Afghanistan, justru sebaliknya, dorongan untuk semakin meningkatkan perlawanan semakin meninggi untuk memperoleh kembali kehormatan kaum muslimin di Afghanistan dari kedzaliman para penguasa munafik dan para penjajah kafir yang kali ini sedang ongkang-ongkang kaki di tanah yang kaya akan sumber daya alam tersebut. (Althaf/arrahmah.com)