GAZA (Arrahmah.com) — Mesir kembali membuka perbatasan Rafah yang merupakan perlintasan antara negara tersebut dengan Jalur Gaza, Senin (6/12/2021).
Keputusan itu diambil setelah arahan pemerintah untuk membantu warga Palestina yang terlantar dan kasus-kasus kemanusiaan di jalur yang terkepung Israel.
Dilansir dari The New Arab, Senin (6/12), perbatasan itu merupakan titik keamanan yang penting, kata Kantor Berita Timur Tengah yang berbasis di Mesir.
Sehingga pembukaan kembali perlintasan Rafah akan memungkinkan pergerakan bantuan dan material konstruksi ke Gaza.
Penyeberangan ditutup pada Agustus, menyusul demonstrasi di Gaza Utara. Tempat itu dibuka kembali sebentar pada November setelah Qatar dan Mesir setuju untuk membiarkan bahan bakar dan bahan bangunan masuk ke kantong Palestina.
Mesir telah banyak terlibat dalam upaya mediasi antara Gaza dan Israel, sementara Qatar telah mengirimkan lebih dari Rp 14 triliun bantuan kepada Palestina.
Pelintasan Rafah adalah satu-satunya titik pelintasan antara Mesir dan Jalur Gaza. Pelintasan ini terletak di perbatasan Gaza–Mesir, yang diakui Perjanjian Damai Israel-Mesir 1979.
Titik pelintasan awalnya diberi nama pelabuhan darat Rafah. Pelintasan perbatasan Rafah ini hanya mengizinkan akses lalu lintas manusia. Semua lalu lintas barang dialihkan ke Pelintasan Perbatasan Kerem Shalom.
Pada 1979, Israel dan Mesir menandatangani perjanjian damai yang mengembalikan Sinai, yang berbatasan dengan Jalur Gaza, kepada penguasaan Mesir.
Sebagai bagian dari perjanjian ini, sebidang tanah selebar 100 meter yang dikenal sebagai Rute Philadelphi dibangun sebagai zona penyangga antara Gaza dan Mesir.
Dalam Perjanjian Damai tersebut, perbatasan Gaza-Mesir yang terbentuk kembali itu ditarik melintasi kota Rafah.
Ketika Israel menarik diri dari Sinai pada 1982, Rafah dibagi menjadi bagian dari Mesir dan Palestina, memisahkan keluarga, yang terpisah oleh penghalang kawat berduri. (hanoum/arrahmah.com)