DAMASKUS (Arrahmah.com) – Presiden Suriah Bashar Assad telah membela tindakan pemerintahnya di wilayah tersebut sejak pemberontakan terhadap pemerintahannya, yang meletus pada tahun 2011.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Editor BBC Timur Tengah Jeremy Bowen, Selasa (10/11/2015), Assad membantah bahwa pasukannya telah menjatuhkan bom barel tanpa pandang bulu pada daerah yang dikuasai pemberontak, dan menewaskan ribuan warga sipil. Assad bahkan menghentikan wawancara saat pernyataan PBB bahwa pemerintahannya sering memblokir akses organisasi bantuan ke daerah terkepung.
Pemimpin Suriah ini juga membantah bahwa ada dialog langsung dengan koalisi pimpinan AS melawan ISIS tetapi menegaskan bahwa “opini umum” kadang-kadang didapat melalui pihak ketiga.
Bantahan Assad tentang AS
Presiden Suriah Bashar al-Assad menerima informasi dari Amerika Serikat mengenai perang melawan ISIS, seperti yang dia ungkapkan dalam wawancara dengan BBC (10/2). Tetapi ia membantah bahwa negara mengkoordinasikan upaya mereka melawan kelompok teroris, yang telah menguasai sebagian besar wilayah Suriah dan Irak, sebagaimana dikutip ABC dari video wawancara tersebut.
“Mereka tidak berbicara dengan kami, kami tidak berbicara dengan mereka,” katanya dalam video itu.
“Kadang-kadang mereka menyampaikan pesan, pesan umum tapi tidak ada yang taktis,” Assad mengatakan kepada Jeremy Bowen dalam sebuah wawancara langka. Dia menambahkan bahwa Irak dan negara-negara lain bertindak sebagai pihak ketiga dan bahwa dia tahu tentang kampanye pemboman koalisi pimpinan AS sebelum dimulai pada bulan September.
“Tidak ada dialog. (Kalaupun) ada, katakanlah, informasi tetapi bukan dialog,” kata Assad dengan wajah tanpa dosa.
Dengan mengusung misi di “langit di atas Suriah”, Assad mengatakan, “mereka dengan mudah menginjak-injak hukum internasional.”
Assad tampak percaya diri dan menantang selama wawancara setengah jam itu. Dia bahkan berani menghentikan bukti video dan tuduhan luas oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia yang memergoki militernya telah menjatuhkan bom barel kepada penduduk sipil.
“Kami memiliki bom, rudal dan peluru. Tidak ada senjata sembarangan,” kata Assad. “Tidak ada bom barel, kami tidak memiliki barel.”
“Ketika Anda menembak Anda membidik sasaran, dan Anda menembak, ketika Anda punya sasaran, Anda menjadikan teroris sebagai sasaran untuk melindungi warga sipil,” tambahnya. “Anda tidak dapat memiliki perang tanpa korban.”
Bom-bom yang digunakan Assad, sebagaimana dilaporkan Human Rights Watch tahun lalu, mengandung silinder gas klorin. Sebelumnya, Suriah memang setuju untuk menyerahkan seluruh gudang senjata kimia untuk dihancurkan pihak internasional, tetapi masih menghadapi tuduhan bahwa ia terus menggunakan gas klorin. Sementara, atas tuduhan lainnya, Assad membantah.
Presiden Suriah ini seolah “menari-nari” di sekitar pertanyaan tentang kesalahan pribadi yang telah dia buat selama perang -sekarang hampir empat tahun melanda Suriah- dengan perkataan sederhana, “Setiap orang membuat kesalahan.”
Dia juga menyebut bahwa aksi damai protes massa terhadap pemerintahannya dahulu – jauh sebelum ISIS dan al Qaeda memiliki pijakan di Suriah – sebagai “fantasi”, menunjuk kepada polisi yang tewas “tidak dibunuh oleh gelombang suara.” Seolah dia menuding bahwa massa membunuhi polisi, yang sebaliknya mereka dibantai pemerintahnya sendiri.
Sejak awal, pemerintah Assad telah mengklaim bahwa itu merupakan perjuangan melawan teroris, bahwa tidak ada gerakan pemberontak yang moderat. Assad masih mengklaim bahwa dia memiliki dukungan rakyat. Jika tidak, katanya, “Bagaimana mungkin aku tetap berkuasa?”
Kepercayaan Assad tidak goyah selama wawancara, bahkan saat ditanya pada akhir wawancara, apa yang membuat dia terjaga (tidak bisa tidur) di malam hari.
“Banyak alasan yang dapat mempengaruhi setiap manusia,” jawabnya. “Bisa jadi pekerjaan Anda, bisa jadi pribadi. Seperti manusia lainnya. “
Astaghfirullahal adziim, semoga hati Assad hidup kembali dan bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala, sebelum Allah membalasnya seperti balasan kepada Fir’aun yang angkuh tiada tara. (adibahasan/arrahmah.com)