PADANG ARO (Arrahmah.com) – Banjir dan longsor yang melanda Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, pada Senin (8/2/2016), merupakan yang terparah sejak 20 tahun terakhir.
“Terakhir banjir parah melanda Solok Selatan pada tahun 1995 dan setelah itu tidak ada yang terlalu signifikan dan baru sekarang menimbulkan kerusakan yang cukup parah,” kata Sekretaris Daerah Solok Selatan Yulian Efi di Padang Aro, Selasa (9/2), sebagaimana dikutip dari ANTARA News.
Di Sungai Pagu terdapat daerah yang rawan banjir seperti Kampuang Tarandam, tetapi yang kali ini cukup parah, ungkap Yulian.
Dia juga menambahkan, biasanya Kampung Tarandam hanya terendam akibat luapan sungai Batang Suliti. Namun pada kali ini justru sungai Batang Bangko yang meluap dan debet airnya jauh lebih besar.
Diduga banjir dan longsor kali ini terkait dengan aktivitas pembalakan liar, Yulian mengatakan bahwa saat ini pihaknya masih meninjau dan belum bisa menyimpulkannya.
Menurut informasi dari seorang Warga Sungai Pagu Mul, sejak 40 tahun ia tinggal di sana baru kali ini sungai Batang Bangko meluap hingga membanjiri rumah warga.
Setelah banjir akibat luapan sungai Batang Lolo pada 1995 silam, baru kali ini yang paling parah.
“1995 memang terjadi banjir besar tetapi karena luapan sungai Batang Lolo, bukan batang Bangko,” katanya.
Sebanyak lima kecamatan di Kabupaten Solok Selatan terendam banjir akibat luapan sejumlah sungai besar di daerah itu seusai hujan lebat yang mengguyur sejak Ahad (7/2).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solok Selatan, Editorial menyebutkan lima kecamatan yang terendam banjir itu, yakni Kecamatan Sungai Pagu, Pauh Duo, Sangir, Sangir Jujuan dan Sangir Batang Hari.
Dari lima kecamatan itu, rumah warga yang paling banyak terendam banjir berada di Sungai Pagu kemudian di Sangir. Seluruh rumah warga yang terendam banjir mencapai 2.000 rumah, yang terbanyak di Sungai Pagu. Sementara di Sangir, daerah Sampu, banjir merendam sekitar 20 rumah warga. Banjir di kecamatan ibukota itu akibat luapan Sungai Batang Sangir dan Batang Liki.
Sedangkan untuk banjir di Sangir Jujuan dan Sangir Batanghari, hanya merendam persawahan warga.
(ameera/arrahmah.com)