KAIRO (Arrahmah.com) – Warga Mesir seketika dikejutkan oleh serangan fajar yang dilakukan aparat kemanan Mesir terhadap para demonstran di Lapangan Rabiah Adawiyah. Serangan dimulai dengan tembakan gas air mata dilakukan secara membabibuta, disusul peluru tajam.
Pada saat yang sama, buldoser berupaya menghancurkan sekat-sekat pembatas yang sengaja dibuat oleh para demonstran. Setelah itu, alat-alat berat pun bergerak untuk menghancurkan perkemahan para demonstran. Di saat yang sama, helikopter meraung-raung di udara untuk menakut-nakuti.
Para demonstran tak terlihat gentar. Mereka terus meneriakkan slogan: “Dengan jiwa dan darah, kami membela Islam. Dengan jiwa dan darah kami membela Mesir.”
Serbuan aparat keamanan Mesir itu dilakukan setelah listrik dimatikan. Akibatnya, berbagai stasiun televisi yang tengah meliput pun gagal mengambil gambar. Sebuah langkah yang disengaja untuk menutupi kekejian ini dari dunia internasional.
Para demonstran berupaya memberikan perlawanan seadanya dengan melempari batu dengan tujuan menghentikan gerak buldoser dan alat-alat berat lainnya. Mereka juga membakar ban-ban mobil dengan tujuan membuat bubungan asap, dengan harapan dapat menghentikan kekejian aparat keamanan. Sebagian lagi berupaya berbagi tips kepada rekan-rekannya tentang cara menghadapi tembakan gas air mata. Karena minim sarana, korban luka terpaksa diangkut dengan menggunakan sepeda.
Klinik lapangan dengan cepat berubah menjadi “sarang lebah” akibat upaya ramai-ramai para demonstran untuk mengobati korban cedera. Jumlah korban terus berjatuhan. Mulai lima, sepuluh, lima puluh, delapan puluh, ratusan hingga kabar terkini menyebut ribuan orang gugur dan lebih 10.000 yang luka. Ironisnya, Departemen Dalam Negeri memfokuskan diri pada laporan tentang gugurnya dua orang aparat keamanan dan beberapa lainnya yang cedera.
Hingga berita ini ditulis, korban masih terus berjatuhan. Siang waktu setempat, Ikhwanul Muslimin mengklaim 250 demonstran pro Mursi gugur akibat serbuan aparat keamanan Mesir di Rabi’ah Al-Adawiyah. Tapi sampai Rabu (14/8/2013) sore dilaporkan ada 30 Ulama Al Azhar, lebih 2000 rakyat sipil dan militer pro Islam, gugur syahid (semoga), selain puluhan ribu—ada yang menyebut ratusan ribu—lainnya luka-luka.
Entah berapa lagi korban yang jatuh, yang jelas pembantaian besar-besaran ini luput dari sorotan, karena sebelumnya listrik dipadamkan, sehingga stasiun televisi yang tengah meliput gagal mengambil gambar.
(salam-online.com/arrahmah.com)