TANZANIA (Arrahmah.id) – Banjir telah menewaskan 58 orang di Tanzania dalam dua pekan terakhir, mendorong negara Afrika Timur ini untuk mencari bantuan dalam proyek-proyek infrastruktur besar.
Pemerintah mengumumkan jumlah korban tewas pada Ahad saat hujan lebat terus mengguyur negara tersebut. Bulan April menandai puncak musim hujan di Tanzania, dan tahun ini diperparah oleh fenomena El Nino, yang telah menyebabkan kekeringan dan banjir di seluruh dunia.
“Dari tanggal 1 April hingga 14 April 2024, terdapat 58 kematian yang disebabkan oleh hujan lebat, yang menyebabkan banjir,” ujar juru bicara pemerintah Mobhare Matinyi dalam sebuah konferensi pers, dengan menekankan bahwa wilayah pesisir Tanzania merupakan salah satu wilayah yang terkena dampak terparah, lansir Al Jazeera (15/4/2024).
“Dampak banjir yang serius terjadi di wilayah pesisir di mana 11 orang sejauh ini telah meninggal dunia,” tambahnya.
Tanzania memiliki rencana untuk membangun 14 bendungan untuk mencegah banjir di masa depan, kata juru bicara tersebut.
Empat bulan yang lalu, sedikitnya 63 orang tewas akibat banjir di Tanzania utara yang juga memicu tanah longsor dahsyat.
Pada Jumat, delapan anak sekolah tenggelam setelah bus yang mereka tumpangi jatuh ke dalam jurang yang banjir di bagian utara negara itu. Seorang sukarelawan dalam operasi penyelamatan juga meninggal dunia.
Secara keseluruhan, setidaknya 126.831 orang terkena dampak banjir, Matinyi melaporkan.
Lebih dari 75.000 lahan pertanian telah rusak di daerah pesisir dan Morogoro – sekitar 200 km (124 mil) sebelah barat ibukota, Dar-es-Salaam.
Persediaan penting, termasuk makanan, telah didistribusikan kepada mereka yang terkena dampak.
Wilayah lain di Afrika Timur juga mengalami hujan lebat. Banjir di negara tetangga, Kenya, dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 13 orang.
Infrastruktur juga telah rusak dan mereka yang tinggal di daerah yang rawan banjir dihimbau untuk pindah.
Para ilmuwan dari kelompok Atribusi Cuaca Dunia mengatakan bahwa curah hujan di Afrika Timur “merupakan salah satu yang paling kuat yang pernah tercatat” di wilayah tersebut antara bulan Oktober dan Desember. (haninmazaya/arrahmah.id)