PUNJAB (Arrahmah.com) – Sudah hampir dua minggu sejak dua sungai besar Pakistan membanjiri sebagian besar Pakistan utara, namun pemerintah tidak memberikan respon apa-apa.
Warga di daerah yang dilanda banjir mengeluh tentang reaksi serampangan dan tidak pada tempatnya untuk bencana banjir yang telah menewaskan sedikitnya 323 orang dan mempengaruhi kehidupan lebih dari 2,4 juta orang.
“Pemerintah tidak melakukan apa-apa, mereka tidak memberikan bantuan atau mendengarkan masalah kami,” ujar Khuda Buksh (55) yang telah tinggal di belakang reruntuhan, banjir menerjang desa Nawa Sher Shah, sekitar 10 km dari barat daya
Multan, untuk menjaga ternaknya, sementara keluarga mencari tempat tinggal di daerah kering, seperti dilansir Al Jazeera pada Kamis (18/9/2014).
Sentimen juga bergema dari Hayat Mai (70), yang menghabiskan hari-hari di luar rumah dalam suhu terik lebih dari 35 derajat celcius, berlindung di bawah tempat tidur tali dan kayu dengan beberapa anggota keluarga.
“Kami tidak punya apa-apa. Kami tidak dapat melarikan diri dengan apa pun kecuali nyawa kami,” ujar cucunya Muhammad Ajmal kepada Al Jazeera.
Pemerintah mengklaim telah mendirikan 183 kamp bantuan di daerah yang terkena dampak paling parang di provinsi Punjab, memberikan bantuan makanan, tenda, obat-obatan dan bantuan dokter hewan. Banyak orang, bagaimanapun, tampaknya tidak
menyadari adanya hal ini atau tidak mampu mengaksesnya karena tidak memiliki kertas identitas resmi.
Pejabat pemerintah mengakui sulitnya mencapai semua orang yang terkena dampak, menyalahkan masalah komunikasi untuk beberapa kesenjangan.
“Terdapat beberapa masalah dalam mengorganisir bantuan, karena kami memiliki masalah dalam mencapai beberapa wilayah yang terkena dampak dan menjelaskan kepada mereka situasi ini,” ujar Ahmed Chisti, seorang pejabat pemerintah yang menjalankan kamp bantuan di Muhammadpur Gota, di luar Multan.
Banjir dimulai setelah hujan lebat selama tiga hari dua minggu lalu, awalnya memukul Kashmir sebelum pingah ke Gilgit- Baltistan dan provinsi Punjab, dengan sungai Jhelum dan Chenab dan anak sungai terkait yang meluap, banjir telah menerjang
lebih dari 2,3 juta hektar tanah.
Sekitar 2,2juta orang telah terkena dampak di provinsi Punjab saja, dengan lebih dari setengah juta dievakuasi dari distrik paling parang di Jhang, Multan, Sarghoda, Khanewal, Rahim Yar Khan dan Hafizabad, menurut Badan Penanggulangan
Bencana Nasional Pakistan (NDMA).
Lebih dari 3.000 desa di provinsi yang paling padat penduduknya di negara itu, mulai dari rumah untuk ratusan penduduk, telah hanyut, menurut NDMA.
“Ini bukan banjir,” ujar Abdul Rauf, seorang buruh berusia 34 tahun dari distrik Faizabad, Multan, mengatakan kepada Al Jazeera, saat ia menggambarkan bagaimana ia dan keluarganya terpaksa meninggalkan rumah mereka karena air terus naik dan
membasahir semua barang mereka.
Rauf telah menjadi salah satu dari ribuan orang yang meninggalkan rumah mereka ke daerah yang relatif kering. Dia dan keluarganya saat ini tinggal di tenda tunggal di salah satu tanggul Sungai Chenab.
Saat negara Asia selatan itu menghadapi banjir terburuk sejak tahun 2010, banyak organisasi LSM telah mengambil bagian dalam operasi penyelamatan.
Salah satu organisasi tersebut adalah Jamaat-ud-Dawa (JUD), telah berada di garis depan kegiatan penyelamatan di banyak daerah Punjab.
“Saya berterima kasih kepada JUD yang telah membawa bantuan ini kepada saya. Tidak ada orang lain sebelumnya yang datang, tidak pemerintah, tidak seorang pun,” ujar Muhammad Naveed (52), warga desa terpencil Nawa Sher Shah.
JUD adalah organisasi keagamaan untuk amal yang dipimpin oleh Hafiz Muhammad Saeed, pendiri Lashkar-e-Taiba, sebuah organisasi yang masuk ke dalam daftar “teroris” AS yang mendukung operasi di Kashmir dan tempat lain. Saeed sendiri
kepalanya telah dihargai sebesar 10 juta USD sejak tahun 2012 oleh AS.
Banyak orang lain seperti Naveed telah tinggal di belakang desa mereka, meskipun banjir, untuk merawat ternak mereka atau melindungi tanah dan barang-barang mereka.
Beberapa warga desa yang berbicara kepada Al Jazeera mengeluh ketika mereka telah kembali ke rumah untuk mengambil barang-barang mereka, ternyata tidak ada yang tersisa.
“Seluruh desa kami telah dikosongkan. Kami mengirimkan perahu kemarin dan melihat bahkan barang-barang kami telah dijarah oleh seseorang,” ujar Faiz Muhammad, warga Faidabad.
Lebih dari 15,6 juta ternak, sebagian besar kerbau dan kambing, yang merupakan sumber pendapatan utama di daerah tersebut, telah terkena dampak banjir, menurut NDMA.
Tantangan rehabilitasi
Tingkat air kini mulai surut di beberapa bagian Punjab, tetapi jutaan hektar yang masih tergenang, meninggalkan panen padi di musim ini dalam reruntuhan.
Banjir, menurut NDMA kini bergerak menuju provinsi Sindh selatan, namun tingkat air berkurang.
Di Punjab, banyak penduduk desa tetap terdampar, tidak yakin kapan mereka bisa kembali pulang ke rumah.
“Kebutuhan mereka baru saja dimulai. Tanaman mereka telah hilang, rumah hanyut. Mereka membutuhkan makanan dan tempat tinggal. Ini akan emakan waktu setidaknya satu tahun untuk melakukannya,” ujar Nasir Hamdani, seorang dokter yang memimpin bantuan medis bersama JUD. (haninmazaya/arrahmah.com)