DHAKA (Arrahmah.id) — Pihak berwenang Bangladesh menangkap pemimpin kelompok perlawanan Muslim Rohingya, Ataullah Abu Ammar Jununi, atas tuduhan pembunuhan, masuk secara ilegal, sabotase, dan kegiatan militan.
Dilansir Reuters (19/3/2025) Ataullah, pemimpin Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA), dan 10 orang lainnya termasuk istrinya dan dua wanita lainnya ditangkap pada Selasa dalam penggerebekan di distrik Narayanganj, dekat ibu kota Bangladesh, Dhaka.
Menurut laporan International Crisis Group, Ataullah memimpin operasi kekerasan ARSA pada tahun 2016 terhadap pasukan keamanan Myanmar untuk menuntut kembali hak-hak warga Rohingya, yang menghadapi penganiayaan di tangan mayoritas umat Buddha Myanmar.
Dia telah diidentifikasi oleh para analis sebagai pemimpin ARSA dan muncul dalam serangkaian video yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap pasukan keamanan Myanmar.
Serangan ARSA terhadap pos penjaga perbatasan memicu tindakan keras militer di Myanmar yang menyebabkan lebih dari 750.000 warga Rohingya terpaksa mengungsi ke negara tetangga Bangladesh pada tahun 2017.
Polisi Bangladesh mengatakan kegiatan kelompok tersebut melampaui operasi prlawanan, dengan anggota ARSA diduga terlibat dalam kegiatan kriminal seperti pembunuhan, penculikan, dan penyelundupan di kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh – rumah bagi lebih dari satu juta Muslim Rohingya, permukiman pengungsi terbesar di dunia.
Kehadiran kelompok tersebut di kamp pengungsian juga telah menyebabkan pertikaian internal yang berujung pada kekerasan, dengan puluhan kematian akibat bentrokan antara anggota ARSA dan faksi-faksi yang bertikai.
ARSA juga diduga berada di balik pembunuhan Mohib Ullah pada tahun 2021, seorang pemimpin Rohingya terkemuka yang mengadvokasi pemulangan para pengungsi ke Myanmar. Kematiannya merupakan pukulan bagi upaya untuk mengatasi krisis Rohingya secara damai. (hanoum/arrahmah.id)