NEW YORK (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina menuduh tetangganya Myanmar menemukan alasan baru untuk menunda kembalinya lebih dari 700.000 warga Rohingya yang dipaksa melintasi perbatasan selama setahun terakhir, dan mengatakan dalam sebuah wawancara Selasa malam (25/9/2018) bahwa para pengungsi ini tidak bisa tinggal secara permanen di negaranya yang sudah padat penduduk.
“Saya sudah memiliki 160 juta orang di negara ini,” kata Hasina kepada Reuters dalam pertemuan tahunan para pemimpin negara anggota PBB, ketika ditanya apakah Bangladesh akan bersedia untuk menjalankan kebijakannya terhadap integrasi permanen. “Saya tidak dapat mengambil beban lain. Saya tidak bisa menerimanya. Negara saya tidak akan mampu menanggungnya.”
Hasina mengatakan dia tidak ingin berseteru dengan Myanmar atas para pengungsi.
Namun dia menyarankan kesabaran semakin menipis atas sikap pemimpin Myanmar yang juga pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi dan militernya yang dia katakan menjadi “kekuatan utama” di sana.
Rohingya melarikan diri ke kamp-kamp pengungsi di Bangladesh setelah kampanye militer berdarah melawan minoritas Muslim di Negara Bagian Rakhine di Myanmar. Kedua negara mencapai kesepakatan pada bulan November untuk memulai repatriasi dalam waktu dua bulan, tetapi belum dimulai. Warga negara Rohingya masih melintasi perbatasan ke Bangladesh dan mencari perlindungan di kamp pengungsi di Cox’s Bazar.
“Mereka setuju segalanya, tetapi sayangnya mereka tidak bertindak, itulah masalahnya,” kata Hasina tentang Myanmar. “Semuanya sudah diatur tetapi … mereka selalu mencoba mencari alasan baru,” katanya kepada Reuters.
Myanmar mengatakan pihaknya siap untuk mengambil kembali para pengungsi dan telah membangun pusat-pusat transit untuk menampung saat mereka kembali.
Hasina mengatakan membangun struktur permanen untuk pengungsi di daratan “sama sekali tidak mungkin (dan) tidak dapat diterima” karena mereka adalah warga negara Myanmar dan harus kembali. (Althaf/arrahmah.com)