DHAKA (Arrahmah.com) – Bangladesh telah mulai merelokasi 100.000 pengungsi Rohingya ke tempat yang lebih aman sebelum musim hujan karena takut tanah longsor dan banjir yang bisa saja menimpa kamp-kamp padat penduduk, kata seorang pejabat pada Ahad (1/4/2018), sebagaimana dilansir oleh French Press Agency (AFP).
AS mengatakan sekitar 150.000 pengungsi berada di tenggara Bangladesh – tempat di mana hampir satu juta masyarakat Rohingya tinggal di gubuk yang berada di lereng bukit – yang sangat rentan terhadap penyakit dan bencana di musim hujan.
Kelompok-kelompok kemanusiaan telah berusaha untuk memperkuat tempat-tempat penampungan yang didirikan dengan tergesa-gesa oleh masyarakat Rohingya ketika mereka melarikan diri melintasi perbatasan setelah terjadinya pembantaian masal yang dilakukan tentara Myanmar terhadap Muslim Rohingya di Myanmar barat.
Sejak bulan Agustus hampir 700.000 pengungsi telah menyeberangi perbatasan ke wilayah Cox’s Bazar, mereka menebangi pohon dan membangun gubuk sederhana yang tidak terlalu kokoh di sekitar lereng bukit.
Komisioner pengungsi Bangladesh Mohammad Abul Kalam mengatakan 100.000 pengungsi yang tinggal di daerah “utama” yang paling berisiko terkena banjir dan tanah longsor akan dipindahkan sebelum bulan Juni.
“Kami telah memindahkan sekitar 10.000 pengungsi dari berbagai lokasi ke pemukiman yang lebih aman,” katanya kepada AFP.
Bangladesh telah mengalokasikan sekitar 3.500 hektar (14 kilometer persegi) lahan hutan di Cox’s Bazar ke masyarakat Rohingya yang baru tiba untuk membangun tempat penampungan sederhana.
Namun hutan itu ditebangi dengan laju empat lapangan sepak bola setiap hari, kata Kalam.
Para pengungsi, yang menggunakan kayu bakar untuk memasak, telah membersihkan sekitar 5.000 hektar hutan, kata wakil administrator distrik Cox’s Bazar, Mahidur Rahman kepada AFP.
Perbukitan yang sebelumnya subur telah menjadi tandus, eksplorasi pada lapisan atas tanah membuat lereng tersebut menjadi sangat rentan longsor saat hujan lebat, katanya.
“Sekitar 200.000 orang terancam terkena tanah longsor,” katanya.
Hujan lebat yang terjadi pada musim hujan mendatangkan malapetaka setiap tahun di Cox’s Bazar dan Chittagong Hill Tracts, zona hutan tropis yang menjadi tempat tinggal gajah liar.
Musim lalu hujan lebat memicu tanah longsor di wilayah saluran, menewaskan 170 orang. Para ahli menyalahkan deforestasi karena hal tersebut memperburuk dampak longsoran lumpur.
Lebih dari 100 orang tewas disebabkan tanah longsor di wilayah itu pada tahun 2012, dan dua tahun sebelumnya hujan deras menewaskan sekitar 50.
Dalam seminggu terakhir, Sekjen PBB Antonio Guterres telah menyatakan kekhawatiran bahwa masyarakat Rohingya “sangat rentan” terhadap badai tahunan yang mungkin terjadi.
Dia mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah menekankan kepada pemerintah Bangladesh bahwa “tempat yang lebih tinggi adalah tempat terbaik untuk relokasi semacam ini”.
Pemerintah daerah Dhaka sebelumnya mengatakan sekitar 100.000 pengungsi dari minoritas Muslim yang teraniaya akan dipindahkan ke sebuah pulau di Teluk Benggala di mana angkatan laut Bangladesh telah menyiapkan akomodasi untuk para pengungsi.
Namun Abdul Mannan, komisaris regional Chittagong, mengatakan kepada AFP bahwa masyarakat Rohingya tidak akan dipindahkan ke pulau itu sebelum akhir tahun. (Rafa/arrahmah.com)